Sebaliknya, orang dengan hati dan pikiran yang kotor lagi keruh, niscaya potensi politiknya akan digunakan untuk hal-hal yang buruk, negatif dan cenderung destruktif. Pendapat bahwa politik akan merusak dan membahayakan jika dipegang oleh orang-orang yang berorientasi kecil dan sesaat tidak bisa disalahkan.
Sebagai peminat masalah politik, penulis menangkap sisi batiniah kampanye anti sampah Cak Imin, beliau sebenarnya sedang mengajak orang-orang baik (soleh) untuk hentikan anggapan bahwa politik itu kotor untuk menghindari supaya politik tidak dikuasai orang dzalim yang mengandalkan praktek-praktek menebar kebencian, fitnah, adu domba, kekerasan dan lainnya.
Kekuasaan politik dalam Islam sesungguhnya ditujukan untuk menegakkan agama dan mewujudkan kesejahteraan (kemashlahatan) bagi seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Nabi dan Rosul kita adalah ahli ibadah sekaligus sebagai penguasa, kekuasaanya hanya diorientasikan untuk kemaslahatan dakwah, bukan untuk merobohkan kesucian syariat.
Ada dua pesan suci yang tersirat dari qiyas "sampah" yang didakwahkan Cak Imin. Suatu kekuasaan dikatakan bernilai syari'at apabila ia mengadung dua fungsi sekaligus, yakni menegakkan agama dan mewujudkan kemaslahatan umat manusia.
Sekali lagi, bahwa praktek politik yang didasari sikap merasa diri paling benar, penebar kebencian, fitnah, adu domba dan "sampah" hati lainnya. Pada saat yang sama ia sedang inkar pada fitrah manusia sebagai khalifatullah fil ardl.
*) Penulis adalah peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H