Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Money

Cita Bung Hatta Energi Juang Cak Imin

25 April 2018   12:50 Diperbarui: 25 April 2018   13:01 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cita Bung Hatta

Dalam tulisan berjudul Ekonomi Rakyat yang dimuat pertama kali dalam Daulat Ra'jat, 30 November 1933, Bung Hatta ungkapkan secara gamblang  terkait situasi ekonomi rakyat yang bertambah sempit, penghasilan semakin menurun, pengangguran bertambah banyak dan lainnya.

Bung Hatta membagi tiga kelas ekonomi yang ada di tanah air ini kedalam tiga golongan, yakni: golongan yang menghasilkan (produksi), golongan yang mempergunakan penghasilan tersebut (konsumsi), dan golongan yang memindahkan barang penghasilan itu dari daerah produksi ke tempat konsumsi, yang kemudian disebut distribusi.

Atasnya, Bung Hatta mengklasifikasi penghidupan dan usaha ekonomi terbagi atas tiga cabang, yakni: produksi, konsumsi dan distribusi. Pembagian tiga cabang ini berlaku bagi masyarakat kapitalisme dan masyarakat sosialisme.

Kelas manusia memang hilang dalam masyarakat sosialisme, tetapi fungsi atau pekerjaan menghasilkan dan distribusi masih tetap tinggal. Hanya saja segala usaha dipimpin oleh suatu badan pengurus umum dan ditujukan untuk kepentingan bersama.

Aktifitas berdagang tidak hilang, tetapi pedagang yang hanya mementingkan keuntungan sendiri menjadi terdistorsi karena pekerjaan itu dilakukan oleh badan-badan sebagai representasi masyarakat.

Sebaliknya, dalam masyarakat kapitalisme ketiga golongan usaha tadi terpisah. Persoalannya ada praktek-praktek monopoli disana, karena pihak produsen bisa saja menyingkirkan yang lain dengan cara mengadakan penggabungan (merger) badan usahanya.

Dalam konteks kapitalisme, produsen, pedagang, dan konsumen masing-masing terpisah. Kekuatannya diukur dari ketersedian modal masing-masing sehingga yang kuat akan semakin kuat dan yang lemah akan musnah. Pembagian yang adil mustahil terjadi dalam kapitalisme.

Menurut Bung Hatta, di Indonesia mayoritas pemodal besar adalah bangsa kulit putih. Dengan kedudukannya yang kuat memberi peluang berkelindan dengan pemerintah untuk melindungi keamanannya. Selain itu, ia bisa leluasa bersandar pada bank-bank yang mayoritas bersifat kulturbank.

Karenanya, kunci perekonomian ada dalam genggamannya sehingga ia dapat menguasai ekonomi rakyat yang sama sekali tidak tersusun. Suka tidak suka, fakta inilah yang menjadi penyebab lemahnya ekonomi rakyat.

Petani sebagai bagian dari produsen kecil kita nyaris selalu hanya menjadi tukang tanam, sementara hasilnya dinikmati oleh produsen besar tadi.  Ia nyaris tidak memiliki akses terhadap pasar, sekalipun ada itu didapat dari para broker (perantara) sebagai kepanjangan tangan pemodal. Wajar bila harga dikendalikan oleh pemodal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun