Mohon tunggu...
Husen
Husen Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Karakteristik Kesulitan dalam Belajar

12 Desember 2022   13:33 Diperbarui: 20 Desember 2022   11:14 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lombok barat- Ketika duduk di bangku SMK, Sulaiman selalu mendapat nilai tertinggi untuk pelajaran mengetik 10 jari (blind system). Siapa sangka, Pria yang kini telah menjadi mahasiswi ini bahkan tidak mampu menghafal Huruf dari A sampai Z karena mengidap disleksia.

Gejala paling umum pada penyandang disleksia adalah kesulitan membaca dan mengeja. Berbeda dengan gangguan belajar biasa, kesulitan mengeja pada penyandang disleksia bukan disebabkan oleh kurangnya kecerdasan.

Gangguan ini merupakan kelainan genetik yang dialami individu dengan Intelegency Quotient (IQ) normal atau bahkan di atas rata-rata.

Sulaiman, seorang penyandang disleksia yang kini berusia 21 tahun mulai bermasalah dalam belajar sejak duduk di bangkub SD. Ketika itu, ia mengalami kesulitan untuk mengerjakan beberapa hal sebagai berikut:

Sulit membedakan huruf 'b' dengan 'd' dan sering terbalik menggunakannya

Sering salah mengutip dari papan tulis meski selalu duduk paling depan

Tidak pernah berhasil menggambar kubus, selalu menjadi trapesium

Kondisi ini membuatnya malu kepada guru dan teman sebaya. Ditambah dengan kondisi kelas yang berisi banyak siswa, Sulaiman semakin sulit untuk mengakrabkan diri dengan guru agar bisa menyampaikan kesulitannya.

Beruntung orang tua Sulaiman cukup peka dengan kesulitan yang dihadapi anaknya. Setelah mencari tahu dari berbagai sumber, akhirnya ketahuan bahwa Sulaiman menyandang disleksia dan membutuhkan penanganan khusus.

Begitu naik ke kelas 3 SD, Sulaiman dipidahkan ke sekolah khusus SD Pantara Jakarta dengan kelas kecil yang hanya terdiri dari 8 siswa. Pendekatan yang berbeda serta situasi yang lebih kondusif di sekolah baru membuat Sulaiman lebih lancar dalam belajar.

Namun kesulitan kembali dihadapi Sulaiman saat melanjutkan ke sebuah SMP Negeri di Gunung Sari Lombok barat. Lagi-lagi pendekatan di sekolah umum yang dirasakannya kurang personal membuat prestasi belajar Sulaiman ambruk dan harus puas menduduki ranking 43 dari 44 siswa.

Meski merasa tertinggal dalam pelajaran dan pergaulan, Sulaiman tidak langsung berputus asa. Dengan bantuan kedua orangtua yang selalu mendukungnya, ia akhirnya diberi perlakuan khusus untuk menunjang belajarnya.

"Waktu SMP adalah masa terberat saya ketika saya lebih banyak jadi penonton di kelas atau lebih mirip wartawan sebenarnya. Saya hanya mencatat materi semampu saya, lalu orangtua mempelajarinya di rumah untuk dijelaskan lagi ke saya sampai paham," ungkap Sulaiman dalam Simposium Nasional Dyslexia Awareness di Kementerian Pendidikan Nasional, Lombok barat, Senin 12/12/2022.

Begitu lulus SMP, Sulaiman memilih melanjutkan ke SMA jurusan Teknik mesin . Alasan utama Sulaiman memilih jurusan tersebut adalah karena jumlah siswa di tiap kelas hanya sedikit, di samping ia memang menyukai pelajaran yang lebih banyak praktik dibanding teori.

Sejak saat itu, rasa percaya diri mulai tumbuh pada Sulaiman yang kini duduk di semester 7 Universitas Teknologi Mataram. Di jenjang SMK itulah ia mulai bisa menunjukkan preatasinya dengan meraih nilai tertinggi untuk pelajaran-pelajaran yang ia sukai, misalnya mengetik 10 jari (blind system).

Ketua Pelaksana Harian Asosiasi Disleksia Indonesia (ADI), dr Kristiantini Dewi, SpA mengatakan, disleksia merupakan kelainan genetik yang berbasis neurologis. Gangguan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kebodohan, tingkat ekonomi maupun motivasi belajar.

Meski mengalami kesulitan dalam membaca, menulis dan mengeja, penyandang disleksia memiliki intelejensi normal atau bahkan di atas rata-rata. Kecerdasannya seringkali menonjol di bidang atau area belajar yang lain.

"Banyak tokoh besar yang juga menyandang disleksia. Fisikawan Albert Einstein, mantan presiden Amerika George W Bush serta aktor laga Tom Cruise adalah beberapa contoh orang-orang berprestasi yang menyandang diskeksia," ungkap dr Kristiantini yang berpraktik di CDC Santosa bandung International Hospital.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun