Mohon tunggu...
Hikmal Hawari Muhammad
Hikmal Hawari Muhammad Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa calon Gus uinma

hobi menjadi manusia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indahnya Tikus Berdasi

28 November 2023   17:43 Diperbarui: 28 November 2023   17:44 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kasus Korupsi di Indonesia 

Tantangan Hukum dan Penegakan Peradilan Korupsi telah menjadi masalah serius di Indonesia selama beberapa dekade. Meskipun ada upaya signifikan yang dilakukan pemerintah dan lembaga penegak hukum  untuk memberantas korupsi, tantangan ini masih tetap ada dan berdampak pada pembangunan, peradilan, dan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga negara. Selain itu, hukuman yang lebih tegas terhadap kasus korupsi juga merupakan isu penting yang perlu mendapat perhatian.

Korupsi terjadi jika  tiga syarat terpenuhi.

pertama, ketika seseorang mempunyai kekuasaan, termasuk menetapkan kebijakan publik dan mengelola kebijakan tersebut.

Kedua, terdapat rente ekonomi, atau manfaat ekonomi yang diberikan oleh kebijakan publik.

Ketiga, sistem yang ada membuka peluang terjadinya pelanggaran oleh aktor.

 Korupsi tidak hanya terbatas pada pencurian dana pemerintah; ada banyak jenisnya. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyebutkan bahwa korupsi digolongkan menjadi tujuh kelompok.

  • Korupsi yang merugikan keuangan negara.
  • Korupsi terkait dengan penyuapan.
  • Korupsi terkait penggelapan jabatan publik.
  • Korupsi yang berhubungan dengan pemerasan.
  • Korupsi  terkait penipuan.
  • Korupsi  terkait konflik kepentingan  pengadaan.
  • Kepuasan terkait korupsi.

Tren kasus korupsi di Indonesia Korupsi di Indonesia bukanlah permasalahan baru.

Korupsi telah tercatat sejak masa kolonial,  dan permasalahan ini terus berlanjut bahkan setelah kemerdekaan. Masa reformasi yang dimulai pada akhir tahun 1990an dengan dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2002, meningkatkan harapan baru dalam pemberantasan korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk sebagai badan independen yang mempunyai wewenang dan wewenang khusus untuk mendeteksi, menyelidiki, dan mengadili perkara korupsi. meski Komisi Pemberantasan Korupsi sudah cukup berhasil mengungkap kasus-kasus penting seperti kasus Century, BLBI, dan e-KTP, namun tantangan besar masih tetap ada. Kasus korupsi melibatkan berbagai pihak, mulai dari pejabat tinggi hingga pegawai negeri sipil. Praktik korupsi terjadi di berbagai sektor, termasuk kehutanan, pertambangan, perpajakan, dan infrastruktur. Skandal korupsi sangat merugikan negara, menghambat pembangunan, dan melemahkan keadilan sosial.

Hukuman yang Tumpul

Hambatan dalam Menegakkan Keadilan Salah satu hambatan utama pemberantasan korupsi di Indonesia adalah hukuman berat bagi pelaku korupsi. Meskipun  upaya untuk memperkuat hukuman telah dilakukan, masih terdapat kesenjangan dan kelemahan dalam sistem peradilan yang dapat dieksploitasi oleh pelaku korupsi.

Pertama, lamanya masa percobaan seringkali menjadi permasalahan.Proses peradilan yang berlarut-larut dapat menyebabkan hilangnya momentum dalam pemrosesan perkara dan hilangnya kepercayaan masyarakat  terhadap efektivitas sistem peradilan. Beberapa kasus korupsi besar membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan, sehingga dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap proses hukum.

Kedua, denda yang dikenakan belum tentu sebanding dengan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh perbuatan korupsi tersebut. Lemahnya sanksi dan lemahnya penegakan hukum yang tegas dapat memotivasi pelaku korupsi. Dalam beberapa kasus, denda yang dikenakan mungkin terlalu rendah untuk memberikan efek jera yang diinginkan.

Ketiga, masih banyaknya kasus korupsi dan kegagalan dalam menangani pelaku korupsi yang melibatkan pejabat tinggi dapat memberikan kesan bahwa undang-undang tersebut tidak berlaku sama bagi seluruh lapisan masyarakat. Tindakan-tindakan ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum dan menimbulkan ketidakpuasan terhadap sistem peradilan.

Reformasi Hukum dan Penegakan Hukum yang Efektif 

Pentingnya reformasi hukum dalam menangani kasus korupsi tidak bisa diabaikan. Perubahan diperlukan dalam beberapa bidang sistem peradilan untuk memastikan bahwa hukuman yang dijatuhkan sepadan dengan kejahatan yang dilakukan.

Pertama, terdapat kebutuhan untuk mempercepat proses pengadilan dan menyederhanakan prosedur pengadilan untuk menghindari perpanjangan waktu persidangan. Selanjutnya, perlu dilakukan penguatan ketentuan pidana UU Tipikor. Ada kebutuhan untuk menerapkan hukuman  yang lebih keras dan proporsional, dengan mempertimbangkan skala kerugian nasional dan dampak sosial dari tindakan korupsi. Hal ini akan memberikan efek jera dan menunjukkan keseriusan negara  dalam memberantas korupsi. Selain itu, perlunya penguatan kerja sama antar lembaga penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi, kepolisian, dan kejaksaan untuk memastikan koordinasi yang efektif dalam mendeteksi dan menangani kasus korupsi. Untuk menjamin keberlanjutan upaya antikorupsi, penting juga untuk menyediakan sumber daya yang memadai dan dukungan  pemerintah yang komprehensif bagi penegakan hukum.

Peran Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi 

Pemberantasan korupsi bukan hanya  tanggung jawab aparat penegak hukum saja, namun juga tanggung jawab kolektif seluruh lapisan masyarakat. Kesadaran masyarakat akan dampak negatif korupsi dan partisipasi aktif dalam melaporkan kasus korupsi sangatlah penting. Meningkatkan transparansi dalam penggunaan dana publik dan melibatkan masyarakat dalam memantau proyek pembangunan dapat membantu mencegah  korupsi. Organisasi masyarakat sipil, media independen, dan lembaga anti-korupsi non-pemerintah juga memainkan peran penting dalam memantau dan menyelidiki praktik korupsi. Dukungan masyarakat dapat memberikan tekanan moral dan politik pada pemerintah untuk meningkatkan upaya pemberantasan korupsi.

Kesimpulan

Membangun Masyarakat Bebas Korupsi Pemberantasan korupsi di Indonesia merupakan perjalanan yang panjang dan kompleks. Meskipun kemajuan telah dicapai di beberapa bidang, tantangan besar masih harus diatasi. Untuk mewujudkan perubahan yang berarti memerlukan komitmen yang kuat dari pemerintah,  penegak hukum, dan masyarakat. Reformasi hukum dan penegakan hukum yang efektif sangat penting untuk memastikan bahwa hukuman bagi pelaku korupsi sepadan dengan kejahatan yang dilakukan. Untuk membangun masyarakat bebas korupsi, kesadaran masyarakat dan partisipasi aktif dalam mencegah dan mengungkap kasus korupsi juga sangat penting. Pemberantasan korupsi bukanlah tujuan akhir, melainkan upaya yang berkesinambungan. Dengan upaya bersama, Indonesia dapat mengatasi masalah korupsi dan membangun masyarakat yang adil, transparan, dan berkeadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun