Tak pernah tergubris olehku bahwa sapaan angin lalu menjadi pertanda
Berakhirnya kisah kita di pelabuhan kenangan
Membawa serta memori yang meredam amarah untuk tidak diluapkan
Kepada deburan ombak yang melambaikan salam hampa
Renjana rindu ini akan kusimpan dalam dekapan
Agar tak terbawa arus dan terdampar ke tepian
Tidak juga kubuka untuk selama-lamanya
Karena rindu ini bukanlah benda yang bisa kapan saja kulihat rupanya
Namun, hatiku meringis pilu di dalam kalbu
Menopang raga yang telah layuÂ
Karam di tengah lautan dan tenggelam ke dasarnya
Kau yang dulu, mungkin tidak akan pernah ada lagi
Untukku di hari ini, esok ataupun lusa
Tapi aku, aku mungkin masih tetap ada di sini
Menanti kabar dari angin untuk segera menepi ke dermaga
Merangkai ranting kering yang berserakan di bibirnya
Dan menyeka butiran pasir yang bercampur kerikil hitam
Aku masih di sini, tapi bukan dengan jiwakuÂ
Melainkan hanya aku, yang tak lagi menjadi tuan bagi jiwaku sendiri
-Jakarta, 22 Juni 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI