Alam boleh berkata kepada semesta
Tapi, mungkin semesta tidak selalu membalas perkataan dari alam
Begitu juga dengan Hujan Bulan Juni pada hari ini
Datang dengan tiba-tiba, tanpa berpamit kepada langit
Atau sekadar memberi kabar kepada lembayung senja agar menyambutnya di penghujung waktu
Hanya saja, ia titipkan rindunya pada sepucuk dedaunan
Yang rimbun di sekelabat pepohonan rindang
Untuk memberi tahu bahwa masih ada rindu yang tertinggal di ranting kering pohon itu
Sebelum tertiup angin dan roboh karena terjangan badai
Namun, Hujan Bulan Juni lagi-lagi tak menepati janji
Rindu itu telah terjatuh kesekian kalinya
Belum sempat disampaikan pada bunga
Belum jua terjamah oleh penerima rindunya
Dan rupanya, Hujan Bulan Juni tak seindah puisinya
Yang teramat manis dan sulit untuk dilupakan
Dalam bayangan semu yang menari pada ilusi hati
Diceritakannya seorang manusia yang masih berharap untuk dapat hidup dengan cintanya
Meskipun, cinta itu telah lama mati dalam bisu
Dan terkubur dalam ketulian naluri yang dibiarkan begitu saja
Hujan Bulan Juni hanya indah pada bait puisi
Bukan untuk diri yang termangu dalam sunyi
~Jakarta, di seperempat malam pada pertengahan Bulan Juni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H