Kala hujan akan turun, matahari menutup pesonanya
Bersembunyi di antara lapisan awan yang memutih dari kejauhan
Semburat sinarnya masih menyembul di angkasa
Sampai pada akhirnya ia pergi dari peradaban
Dan ketika tetesan pertama hujan menyentuh bumi
Aku mulai menari di antara ilalang yang berseri
Bersentuhan dengan dinginnya air yang membasahi sela badan
Membawa seutas harapan yang kugenggam dalam tangan
Kesukaanku pada hujan tidak terbatas pada keadaan
Meskipun, kerap mengawali bencana
Aku percaya, tiada yang lebih jujur dari hujan
Dengan pembawaannya yang lugas dari Tuhan, ia datang tanpa tangan hampa
Selalu ada pesan yang ingin ia utarakan
Meskipun, berkelu dalam keresahan
Hujan akan selalu menjadi hujan yang mengaku pada alam
Bahwa tak selamanya air mata akan menjadi awal hidup yang kelam
Hujan juga mengingatkanku pada peristiwa tahun lalu
Saat selisir tembangku mengenang kenangan
Kenangan yang tak habis dimakan waktu
Meski, usia semakin lama mengikis ingatan
Ada rindu yang tak kunjung bertemu
Entah memang sengaja untuk tidak bersua
Atau kita yang sama-sama sudah menutup lembaran itu
Dan tak ingin lagi diusik oleh luka yang lama
Tapi sampai saat ini, aku masih menjadi orang yang sama
Kekasihmu yang menunggu di tepi dermaga
Menanti kehadiran senja yang menepikan dirinya
Di antara burung camar yang sesekali menyapa
Namun, rupaya hati tak selalu menjadi kita
Setahun yang lalu, kau tak lagi datang menemui
Berjumpa melalui mimpi saja, mungkin kau tak sudi
Barang sekejap, rasa itu hilang tak tersisa
Tergantikan oleh seorang wanita
yang membelimu dengan harta
Lalu, kau gadai janjimu di hadapan para saksi
Melupakan aku yang tak lagi menjadi seorang istri
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI