Mohon tunggu...
Devy Arysandi
Devy Arysandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Remahan Rakyat

Masih memanusiakan manusia dengan cara manusia hidup sebagai manusia yang diciptakan Tuhan untuk menjadi manusia sebaik-baiknya manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sekelumit Kisah Pilu di Pelupuk Kota Bandar Lampung

25 September 2021   19:16 Diperbarui: 25 September 2021   19:18 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sehari mereka hanya mampu mendapatkan penghasilan kotor, yakni 30 ribu rupiah. Belum dipotong dengan biaya makan dan biaya hidup lainnya. Hasil tersebut mereka dapatkan dari barang-barang bekas yang dikumpulkan sepanjang pasar dan jalanan yang mampu mereka lalui. 

Mereka mengatakan, bukan keinginan mereka untuk tidak berubah dan bangkit dari keterpurukan. Berdasarkan hasil wawancara, pemerintah setempat telah memberikan solusi dengan merelokasi tempat tinggal mereka dari semula di jalan dan pasar untuk dipindahkan ke suatu tempat yang terletak di daerah perbatasan.

 Akan tetapi, tempat yang ditawarkan sama sekali tidak layak untuk ditinggali oleh masyarakat pada umumnya.

Mengapa tidak?

Bayangkan saja, mereka ditempatkan di suatu pemukiman yang lebih mirip dengan tempat rehabilitasi pasien yang mengidap gangguan kejiwaan atau "orang gila". 

Belum lagi, jauhnya akses mobilitas dari pemukiman penduduk, membuat mereka berpikir dua kali untuk menerima tawaran tersebut. Akhirnya, mereka kembali menggelar alas kardus di emperan toko sebagai tempat peristirahatan.

Tinggal di jalanan bukan berarti menjadi pilihan terbaik bagi mereka, terkadang mereka harus mengalami perlakuan buruk dari preman pasar yang kerap meminta pungutan liar. 

Bahkan, barang-barang mereka yang tidak seberapa tersebut, sering raib diambil oknum tidak bertanggung jawab dan lebih parahnya lagi tindak kejahatan semacam itu harus mereka alami sepanjang hari.

Kami berharap, melalui tulisan ini pihak-pihak yang diharapkan dapat segera mengulurkan tangannya. Serta, menepati janji yang telah dibawa kemarin hari, berharap esok akan menjadi cerah kembali dan menutup sekelumit kisah pilu di Pelupuk Kota Bandar Lampung ini.

Salam Mahasiswa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun