Jika, Tuan dan Puan butuh hiburan
Bertandanglah kemari sekadar liburan
Lihatlah, negeri kami subur dan makmur bukan?
Indah nan permai dalam nyiur rayuan para taipan
Ssst, tapi jangan berisik nanti pulang bisa saja pakai baju tahanan
Hahaha...
Kami sudah terlampau bosan untuk bedebah dengan segala persetan
Perjudian budaya, baru saja menduduki muka pasar
Pandai pula orang asing itu berkelakar
Sampai-sampai, berhasil mengobralnya dalam sebuah permainan
Dari tirani yang berpeci dan berdasi
Sampai kaum intelek muda yang penuh ambisi
Mereka semua, pada gila main monopoli
Bisa-bisanya di atas meja birokrasi, mereka berselimut aspirasi
Lihatlah, Wahai Tuan dan Puan
Peleburan budaya bangsa sudah lumrah untuk menjadi bahan olokan
Kulit putih dan kulit hitam, harus dibedakan
Mata sipit, belo, apalagi jereng itu adalah topik pergunjingan
Hahaha...
Lucu bukan, Tuan dan Puan?
Kami yang "katanya" berbudaya, kami juga yang tak fasih berbahasa
Lagu kebangsaan saja, kami lupa liriknya
Lagu daerah? Haisss, sudahlah lama lepas dari ingatan
Tuan dan Puan, lagi-lagi ini bukan sindiran
Ini kenyataan hidup kami di tanah kejayaan
Yang dekat dengan tangan-tangan penjajahan
Karena kami dibutakan oleh peradaban
Budaya di negeri kami, bisa kapan saja hilang
Dicuri orang atau dilelang lewat sidang
Kalau masih terus menunggu untuk meniru negeri orang
Kapan kita menciptakan budaya untuk Pertiwi?
Kapan mau berbudaya dengan budaya kita sendiri?
Kapan akan berbahasa dengan bahasa sendiri?
Ingatkah, negeri kita yang teramat kaya ini?
Harum di mata para pahlawan yang terbujur kaku di balik nisan
Haruskah, ada gugur bunga yang kembali bernyanyi?
Lantas, apa yang selama ini telah kita lakukan?
Hanya menjadi penonton?
Hahaha...
Ini adalah salah satu seni bercengkrama dengan alam
Tertawalah, selagi Tuhan masih berbaik hati beri kesenangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H