Untuk kalian para kaum muda-mudi yang tengah menjalani masa perkuliahan. Sekarang pasti lagi seneng-senengnya ya sama masa kuliah, merapat sedikit yuk kesini! Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan sebutan yang satu ini. Tidak lain dan tidak bukan, yakni Mahasiswa Abadi. Jangan-jangan di antara kalian ada yang pernah atau lagi ngalamin jadi Mahasiswa Abadi nih.
Mahasiswa Abadi adalah sebuah julukan atau istilah yang kerap disematkan untuk seorang mahasiswa yang "bucin banget" sama kampusnya. Gabisa move-on, betah banget sama yang namanya kuliah, sampai ga lulus-lulus. Padahal, sudah empat tahun atau delapan semester berkecimpung di dunia mahasiswa dengan segala kerumitannya. Ternyata, mahasiswa yang satu ini lebih memilih untuk menetap menjadi "sesepuh" di kampusnya.Â
Bahkan, saking betahnya ngampus, Mahasiswa Abadi banyak yang berakhir dengan Drop Out dari kampus karena batas waktu yang telah terlampaui.Â
Dalam dunia mahasiswa, Mahasiswa Abadi merupakan salah satu tokoh fenomenal bagi sekitarnya. Tidak hanya mahasiswa berprestasi atau mahasiswa teladan yang memiliki populeritas untuk dikenal oleh dosen. Mahasiswa Abadi juga dapat menempatkan dirinya di antara ratusan mahasiswa yang sedang mengejar target untuk lulus tepat waktu.
Sebenarnya, mereka yang menjadi Mahasiswa Abadi, pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Ingin menjadi mahasiswa yang memiliki nilai tinggi dengan segudang penghargaan. Namun, di tengah perjalanan mereka terlena dengan kenikmatan dalam berbagai kesempatan yang mereka jumpai.
Alhasil, tujuan yang dijunjung tinggi dengan segenap jiwa harus kandas dan berakhir sampai di sini. Harapan dan angan untuk memakai toga di acara wisuda, harus pupus dan tertunda sampai waktu yang belum ditentukan, kecuali jika para dosen berkenan untuk memberikan keringanan dengan mempercepat kelulusan. Meskipun, tidak lulus secara sempurna.
Banyak faktor yang menjerumuskan seseorang menjadi Mahasiswa Abadi. Maklum saja, saat itu mahasiswa tengah beranjak ke masa dewasa dari masa remaja di bangku SMA atau SMK. Masa sekolah yang indah dengan euforia persahabatan dan percintaan terasa sulit untuk dilupakan dan ditinggalkan, itulah yang dirasakan sebagian besar calon mahasiswa. Setelah mereka sampai ke dunia mahasiswa yang sebenarnya, mereka diharuskan beradaptasi dengan keadaan perkuliahan yang sedemikian rupa.
Masa perkuliahan yang berbanding terbalik dengan masa sekolah, kerap menyulitkan sebagian besar mahasiswa baru yang akan memulai kehidupan di kampus. Mulai dari tahap pendewasaan diri atau dalam tahapan mencari relasi dalam suatu persahabatan karena di tahap ini seorang mahasiswa harus belajar dalam memilah dan memilih pergaulan. Asal memilih suatu perkumpulan maka akan berakibat fatal bagi kelangsungan mahasiswa itu sendiri. Sebab, sebaik-baiknya seseorang dia dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, terutama dalam hal pergaulan.
Sejatinya mahasiswa merupakan sosok yang independen, berpikiran rasional dan sangat kritis dalam menanggapi suatu hal. Akan tetapi, semua itu tidak dapat berjalan begitu saja, harus tetap dikontrol dengan pengawasan diri dari masing-masing mahasiswa.
Di dalam masa perkuliahan, mahasiswa akan lebih banyak dituntut untuk mengembangkan potensi dalam dirinya, baik itu secara hardskill maupun softskill. Melatih kemampuan di bidang akademik dan non-akademik menjadi rutinitas sehari-hari. Hal ini kerap membuat seorang mahasiswa menjadi bosan karena padatnya jadwal perkuliahan dalam kalender akademik.
Akhirnya, tidak sedikit dari mahasiwa yang belum dapat mengatur waktunya akan merasa kepusingan karena beban tugas yang selalu datang dan tidak pernah berhenti.
Bayangkan saja, meskipun dalam kondisi pandemi seperti saat ini yang mengharuskan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), tugas perkuliahan dan lainnya malah semakin menumpuk. Bukan lagi dalam hitungan hari, selang beberapa menit saja notifikasi di Google Classroom sudah membuat antrian. Belum lagi, kuis yang diadakan setiap minggu atau ulangan dadakan yang tak menentu.
Keadaan menjadi semakin miris karena tidak adanya interaksi langsung dari pengajar dapat membuat mahasiswa menjadi seorang yang apatis. Selain itu, mahasiswa menjadi pemalas dan sering menunda waktu untuk menyelesaikan tugas alias deadliner. Sehingga, ketika deadline datang untuk menjemput, mahasiswa akan lari terbirit-birit untuk mengejar kekosongan lembaran pengumpulan. Hal ini pasti pernah dialami ya oleh seluruh mahasiswa, saking banyaknya tugas, bingung mau ngerjain yang mana, mending tidur deh.
Tentunya, sangat buruk bukan bagi masa depan seorang mahasiswa?
Lebih parahnya lagi, dalam masa perkuliahan memang tidak terlalu ditekankan dalam bimbingan maupun keagamaan. Dalam masa ini, mahasiswa akan dituntut untuk mengayomi dirinya sendiri, ketika salah sekali saja akan sulit untuk kembali lagi.
Jika, sudah demikian apakah kalian masih ingin menjadi Mahasiswa Abadi atau mungkin bercita-cita menjadi Mahasiswa Abadi?
Ayolah kawan, mari manfaatkan waktu sebaik mungkin karena kesempatan dalam setiap waktu yang kita jalani, tidak akan kembali seperti semula. Apapun yang berlalu, akan hilang dari peradabadan. Meskipun, terasa sulit tapi kita harus tetap percaya, harapan selalu ada di mana pun dan kapan pun.
Semangat dan Salam Mahasiswa!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H