Sebuah puisi yang lahir dalam rangka Ulang Tahun DKI Jakarta yang tak pernah lekang oleh waktu. Harapan di tengah pandemi ini, agar Jakarta lekas sembuh dari pesakitan, kembali lagi menjadi permata di Tanah Ibunda...
Malam ini begitu indah di langit Jakarta
Sampai semburat mentari saja, tertutup oleh pesonanya
Lampu jalanan yang benderang layaknya kejora
Merampas gelapnya malam di tengah kota
Di luar sana, mobil memadati jalanan beraspal
Menyatu dengan macam-macam kaki manusia
Merekalah, para pekerja kasar yang sedang mengais asa
Dari balik kemegahan massal
Jakarta adalah ibu bagi para kota
Ia dianggap sebagai induk oleh para perantau
Yang bertaruh nasib, demi anak dan istri
Meskipun, harus terjun ke dalam kerasnya hidup
Jakarta kian menua
Umurnya lebih tua dari kemerdekaan negeri sendiri
Tapi Jakarta, tetap ada di hati para jiwa
Seakan abadi tak termakan hari
Akan tetapi, semakin lama Jakarta semakin kejam
Terasa berat kehidupan di zaman ini
Karena dikuasai oleh tirani jahanam
Yang siap memangsa setiap insan di bumi
Belum lagi, para diktator keparat itu
Mereka membangun istana dalam belenggu
Menjadi raja di atas ratapan rakyat jelata
Hukum tak lagi berharga untuk Jakarta
Karena kini uang yang mengatur segala
Uang memiliki tahta lebih tinggi dari harga diri
Entah sampai kapan kejahatan itu bertahan
Yang harus kita tahu, adalah
Jakarta rumah kita
Kita, adalah bagian dari kehidupannya
Jakarta, 2019
Puisi ini meraih anugerah puisi pelajar terbaik dalam lomba cipta cerpen dan puisi 2019 yang diselenggarakan oleh Yayasan Hari Puisi bekerja sama dengan  Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, serta dimuat dalam buku 44 karya pemenang lomba, dengan judul buku "Kota Kata Kita" serta dalam buku antologi puisi Cerita Malam Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H