Pendidikan adalah proses menempuh kualitas diri untuk lebih baik agar menjadi orang yang terdirik. Kata pendidikan berasal dari kata 'didik" sebuah kata kerja yang mengalami perubahan bentuk akibat mendapatkan imbuhan 'pe-kan'. Setelah masuknya imbuhan 'Pe-kan' memberikan makna sebuah proses. Bila dipecah menjadi kata 'didik' bermakna memelihara atau melatih. Pendidik bermakna orang yang mendidik atau pelatih. Sedangkan kata didikan bermakna hasil dari proses mendidik. Bentuk turuan dari kata didik seperti, 'berpendidikan, kependidikan, keterdidikan' juga memiliki makna tersendiri merepresentasikan hasil dari melatih atau memelihara seseorang. Kata pendidikan harus dimaknai sebagai upaya keras yang dilakukan oleh semua pihak untuk menjadikan anak menjadi terdidik.
Seperti kata pepatah mengatakan, "semua hal akan baik jika dikembalikan pada esensinya atau makna aslinya.
Kembali pada masalah Pendidikan saat ini, pendidikan hanya difokuskan pada masalah Pendidikan formal. Padahal sebelum menempuh Pendidikan formal, hampir setiap orang mendapatkan pendidikan non-formal dari lingkungkungan keluarga, terutama kedua orang tua.
Perlu kita ingat bahwa, untuk menjadikan orang terdidik, maka ia harus didukung dengan 4 pilar yendidikan. Keempat pilar ini harus dihidupkan secara terus menerus sehingga dapat menjadi stimulus yang akan menjadi "continuous improvement" bagi yang didik atau peserta didik. Empat pilar yang dimaksud adalah Pendidikan keluarga, Pendidikan masyarakat, dan lingkungan pergaulan dan pendidikan formal.
Pendidikan Keluarga
Setiap keluarga harus menjadikan keluarga sebagai institusi non-formal bagi siapa saja yang menjadi didikannya. Subyek dari didikan kedua orang tua adalah anaknya. Anak harus menjadi subyek yang difokuskan untuk ditumbuh kembangkan. Pendidikan lingkungan keluarga ini akan menentukan baik buruk anak di masa depan. Karena keluarga adalah tempat di mana banyak waktu dihabiskan oleh anak Bersama keluarga.
Model pendidikan keluarga yang perlu difokuskan adalah pendidikan karakter, karena pendidikan karakter ini akan menjadi cermin bagi dirinya dan keberlangsungan seornag anak di tengah-tengah masyarakat. Tentu komitmen kedua orang tua untuk membangun karakter anak sangat penting pada tahap ini.
Pendidikan Masyarakat
Partisipasi masyarakat dari berbagai lini juga tidak kalah pentingnya. Masyarakat dengan berbagai tingkatan status sosial di dalamnya harus menjadi mata rante yang saling menguatkan untuk mengikat anak-anak agar tumbuh menjadi masyarakat yang baik dan mandiri.
Masyarakat harus menjadi control dalam perkembangan dan tumbuh kembang anak dan setiap individu di dalamnya. Seorang anak boleh jadi dalam keluarga tidak mendapatkan kasih sayang yang baik, karena factor tertentu. Sehingga anak sering minder dan tidak percaya diri. Namun dengan rangkulan dan dukungan masyarakat, anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Pendidikan Pergaulan
Pilar yang ketiga ini harus sebagai uji coba atas apa yang sudah didapatkan oleh seornag anak di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Tentu kedua orang tua dan masyarakat harus menjadi control untuk memberikan rekomendasi pergaulan mana yang perlu diikuti oleh seorang anak dan yang tidak perlu diikuti oleh anak. Keluarga dan masyarakat harus memberikan sudut pandang yang positif bagi anak dalam mengajarkan memilih pergaualan mereka. Baik dalam masyarakat tempat anak-anak tinggal, Â maupun di luar tempat mereka tingga.
Bila masyarakat dan kedua orang tua sebagai leader di keluarga, acuh dengan pergaulan anak, maka bisa jadi anak akan terjerumus pada pergaulan yang tidak sehat. Tidak sedikit terjadi kita lihat, anak yang tadinya baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakatnya berubah drastic menjadi kurang baik akibat pergaulan yang dipilih. Untuk itu, masyarakat dan kedua orang tua harus menjadi control yang konstruktif dalam mengarahkan pergaulan anak-anak.
Pilar yang keempat ini berfungsi untuk membangun kompetensi anak agar memiliki kompetensi di bidang kerja. Tentu dalam proses pendidikan formal diperlukan dukungan tata kelola sekolah yang baik, kompetensi guru yang baik, dan proses pembelajaran yang memiliki output dan outcome yang baik pula.
Bila semua pilar ini berdiri dengan kokoh untuk mendukung pekembangan generasi emas Indonesia, maka kemajuan di bidang pendidikan tidaklah tidak mungkin akan bersaing ditingkat global.
Bila semua pilar pendidikan ditegakkan maka, tidak perlu pendidikan formal diselenggarakan secara full day. Sehingga pendidikan tidak dirasakan sebagai sesuatu yang membosankan karena sepanjang hari terikat dengan aturan-aturan sekolah dan seragam. Akan sendirinya tercipta long life education (belajar sepanjang hayat) bagi anak. Di mana saja mereka berada, maka dukungan atau motivasi ekternal akan membentuk karakter mereka.
Lihat saja negara maju. Di lingkungan keluarga ada orang tua yang selalu mendukung. Di masyarakat ada nilai sosial dan budaya yang kuat yang mendukung, dan lingkungan permainan terjaga karena anak sudah terbiasa dipilihkan pada hal-hal yang baik.
Bila keempat pilar pendidikan di atas diterapkan secara baik sebagai mata rantai yang tidak terpisahkan, maka dengan sendirinya kemampuan atau kompetensi anak akan terbentuk. Dalam pelaksanaanya diperlukan komitmen dari berbagai lini untuk menjadikan anak menjadi orang yang terdidik. Sehingga semua anak akan mengalami keterdidikan. Bila semua anak mengalami proses keterdidikan, maka secara otomatis pendidikan akan maju dan bersaing dengan negara-negara maju lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H