Mohon tunggu...
Ismail Marzuki
Ismail Marzuki Mohon Tunggu... Dosen - Hidup ini layaknya cermin, apa yang kita lalukan itulah yang nampak atau kita hasilkan

Memiliki banyak teman adalah kebahagiaan yang tak terkira. Senyum selalu dalam menjalani hidup akan memberi makna yang membekas dalam tiap bait hari-hari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Kembali Pilar Pendidikan

26 Juli 2024   01:54 Diperbarui: 26 Juli 2024   01:58 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
saripedia.wordpress.com

Pendidikan Pergaulan

Pilar yang ketiga ini harus sebagai uji coba atas apa yang sudah didapatkan oleh seornag anak di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Tentu kedua orang tua dan masyarakat harus menjadi control untuk memberikan rekomendasi pergaulan mana yang perlu diikuti oleh seorang anak dan yang tidak perlu diikuti oleh anak. Keluarga dan masyarakat harus memberikan sudut pandang yang positif bagi anak dalam mengajarkan memilih pergaualan mereka. Baik dalam masyarakat tempat anak-anak tinggal,  maupun di luar tempat mereka tingga.

Bila masyarakat dan kedua orang tua sebagai leader di keluarga, acuh dengan pergaulan anak, maka bisa jadi anak akan terjerumus pada pergaulan yang tidak sehat. Tidak sedikit terjadi kita lihat, anak yang tadinya baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakatnya berubah drastic menjadi kurang baik akibat pergaulan yang dipilih. Untuk itu, masyarakat dan kedua orang tua harus menjadi control yang konstruktif dalam mengarahkan pergaulan anak-anak.

Pendidikan Formal

Pilar yang keempat ini berfungsi untuk membangun kompetensi anak agar memiliki kompetensi di bidang kerja. Tentu dalam proses pendidikan formal diperlukan dukungan tata kelola sekolah yang baik, kompetensi guru yang baik, dan proses pembelajaran yang memiliki output dan outcome yang baik pula.

Bila semua pilar ini berdiri dengan kokoh untuk mendukung pekembangan generasi emas Indonesia, maka kemajuan di bidang pendidikan tidaklah tidak mungkin akan bersaing ditingkat global.

Bila semua pilar pendidikan ditegakkan maka, tidak perlu pendidikan formal diselenggarakan secara full day. Sehingga pendidikan tidak dirasakan sebagai sesuatu yang membosankan karena sepanjang hari terikat dengan aturan-aturan sekolah dan seragam. Akan sendirinya tercipta long life education (belajar sepanjang hayat) bagi anak. Di mana saja mereka berada, maka dukungan atau motivasi ekternal akan membentuk karakter mereka.

Lihat saja negara maju. Di lingkungan keluarga ada orang tua yang selalu mendukung. Di masyarakat ada nilai sosial dan budaya yang kuat yang mendukung, dan lingkungan permainan terjaga karena anak sudah terbiasa dipilihkan pada hal-hal yang baik.

Bila keempat pilar pendidikan di atas diterapkan secara baik sebagai mata rantai yang tidak terpisahkan, maka dengan sendirinya kemampuan atau kompetensi anak akan terbentuk. Dalam pelaksanaanya diperlukan komitmen dari berbagai lini untuk menjadikan anak menjadi orang yang terdidik. Sehingga semua anak akan mengalami keterdidikan. Bila semua anak mengalami proses keterdidikan, maka secara otomatis pendidikan akan maju dan bersaing dengan negara-negara maju lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun