Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Duel di Badar: Ali vs Walid

14 Desember 2024   20:52 Diperbarui: 14 Desember 2024   21:45 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duel Ali vs Walid | republika

"Kenapa kau hanya bertahan? Apakah kau takut menyerangku, Ali?" Walid mengejek di sela-sela serangannya.

Ali tersenyum tipis. "Kesabaran adalah senjata yang lebih tajam daripada pedangmu, Walid. Kau akan tahu artinya segera."

Walid mulai kelelahan. Napasnya memburu, keringat membasahi wajahnya. Setiap tebasan pedangnya semakin lambat, dan gerakannya mulai kehilangan tenaga. Ali melihat celah ini.

Dengan gerakan kilat, Ali memutar tubuhnya, menghindari tebasan Walid yang terlalu tinggi. Ia melompat sedikit ke samping, lalu melancarkan serangan pertamanya. Pedangnya memotong udara, langsung mengarah ke bahu kanan Walid. Serangan itu begitu cepat sehingga Walid tidak sempat menghindar.

Tebasan itu membuat Walid tersentak mundur, darah mengalir dari bahunya. Ia menggeram, mencoba melawan dengan serangan balasan. Namun Ali sudah membaca gerakannya. Dengan langkah gesit, Ali bergerak ke belakang Walid, menghindari tebasan liar itu.

Ali kembali menyerang, kali ini pedangnya mengarah ke dada Walid. Suara benturan logam terdengar keras ketika pedang itu menembus zirah Walid. Walid terhuyung, matanya melebar, penuh ketidakpercayaan.

"Aku bertarung dengan keyakinan, Walid," ujar Ali dengan suara rendah, namun cukup keras untuk didengar oleh semua orang di sekitar mereka. "Bukan kekuatan manusia yang membawa kemenangan, melainkan pertolongan Allah."

Walid mencoba berbicara, namun tubuhnya lemah. Ia jatuh ke pasir, pedangnya terlepas dari genggaman.

Ali berdiri kokoh di atas tubuh Walid yang terkapar. Ia menghunus pedangnya, menatap Walid dengan tatapan iba. Kemudian ia melangkah mundur, tidak memberi penghinaan lebih lanjut kepada musuhnya yang sudah kalah.

Sorak takbir menggelegar dari barisan pasukan Muslim, membelah langit lembah Badar. "Allahu Akbar! Allahu Akbar!" Mereka menyaksikan keberanian dan keterampilan Ali sebagai bukti bahwa kemenangan tidak selalu ditentukan oleh kekuatan fisik, melainkan oleh iman yang teguh.

Di kejauhan, Rasulullah SAW tersenyum, wajahnya penuh rasa syukur. Peristiwa ini menjadi pelajaran penting bagi seluruh pasukan Muslim: bahwa dengan keyakinan, keberanian, dan kesabaran, mereka mampu menghadapi musuh yang lebih besar dan lebih kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun