Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bijaklah saat Berbicara, juga Menulis

20 November 2024   08:20 Diperbarui: 20 November 2024   08:21 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto berbicara dengan bijak, sumber: dokpri, uripwid with ai


Lisan adalah anugerah yang dapat membawa manfaat besar, tetapi juga bisa menjadi sumber malapetaka jika tidak dijaga. Dalam salah satu hadis, Mu'adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, apakah kita diazab karena apa yang kita ucapkan?" Rasulullah SAW menjawab, "Bagaimana engkau ini wahai Mu'adz, bukankah seseorang tertelungkup dalam Neraka di atas wajahnya tidak lain karena sebab lisannya?" (HR At-Tirmidzi).


Peringatan ini menyadarkan kita betapa besar pengaruh ucapan dalam kehidupan, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Tidak mengherankan jika Sayyidina Ali bin Abi Thalib memberikan tujuh pesan penting tentang menjaga lisan, yang hingga kini tetap relevan dalam kehidupan modern. Mari kita renungkan pesan-pesan ini, agar lisan kita menjadi sumber kebaikan, bukan keburukan.


1. Jangan Bicara Tentang Hartamu di Hadapan Orang Miskin


Kemewahan yang dimiliki seseorang bisa menjadi kebahagiaan, tetapi tidak semua orang memiliki nasib yang sama. Berbicara tentang kekayaan di hadapan orang miskin bisa melukai perasaan mereka. Sayyidina Ali mengajarkan kita untuk peka terhadap kondisi orang lain. Sebagai gantinya, gunakan rezeki yang dimiliki untuk berbagi, sehingga kekayaan kita menjadi berkah, bukan beban bagi orang lain.


2. Jangan Bicara Kesehatanmu di Hadapan Orang Sakit


Kesehatan adalah nikmat yang sering kali baru disadari saat kita kehilangannya. Ketika berbicara tentang kesehatan di hadapan mereka yang tengah sakit, kita tanpa sadar bisa menambah beban batin mereka. Sebagai gantinya, tunjukkan empati dan dukungan. Kehadiran dan kata-kata yang menenangkan lebih berarti daripada berbicara tentang keistimewaan diri.


3. Jangan Bicara Kekuatanmu di Hadapan Orang Lemah


Setiap orang memiliki kelemahan, baik secara fisik maupun emosional. Ketika seseorang berada dalam kondisi lemah, mendengar tentang kekuatan orang lain bisa membuat mereka merasa kecil. Pesan ini mengingatkan kita untuk tidak menyombongkan diri, melainkan menjadi penopang bagi mereka yang membutuhkan dukungan.


4. Jangan Bicara Kebahagiaanmu di Hadapan Orang yang Sedih


Kesedihan adalah fase yang pasti dialami setiap orang, tetapi intensitasnya berbeda-beda. Bicara tentang kebahagiaan kita di hadapan mereka yang sedang berduka hanya akan memperburuk luka mereka. Alih-alih membanggakan kebahagiaan kita, jadilah pendengar yang baik. Kadang-kadang, diam adalah bentuk empati terbaik.


5. Jangan Bicara Kebebasanmu di Hadapan Orang yang 'Terpenjara'


Kebebasan adalah hak asasi yang sering kali dianggap remeh hingga kita kehilangannya. Bagi mereka yang kehilangan kebebasan, mendengar tentang kehidupan bebas bisa terasa menyakitkan. Pesan ini mengajarkan kita untuk menghargai kebebasan sekaligus bersikap bijak dengan tidak menyebutnya di saat yang tidak tepat.


6. Jangan Bicara Tentang Anakmu di Hadapan Orang yang Tidak Punya Anak


Bagi pasangan yang belum atau tidak memiliki anak, pembicaraan tentang kebahagiaan memiliki anak bisa menjadi pengingat menyakitkan akan sesuatu yang belum mereka miliki. Dalam situasi seperti ini, Sayyidina Ali mengajarkan kita untuk menghormati perasaan mereka. Lebih baik berbicara tentang hal-hal yang dapat memberikan semangat dan harapan.


7. Jangan Bicara Tentang Orang Tuamu di Hadapan Anak-anak Yatim


Orang tua adalah harta yang sangat berharga, tetapi tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menikmati kehadiran mereka. Bicara tentang orang tua di hadapan anak-anak yatim bisa menimbulkan rasa iri atau duka mendalam. Daripada berbicara, mari kita wujudkan kasih sayang kepada mereka yang kehilangan sosok orang tua dengan tindakan nyata.


Lisan sebagai Cerminan Akhlak


Lisan adalah salah satu pintu yang menunjukkan kepribadian dan akhlak seseorang. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

"Tidak ada satu kata pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS Qaf: 18)


Ingat, setiap ucapan kita akan diminta pertanggungjawabannya. Dengan menjaga lisan, kita tidak hanya melindungi diri sendiri dari dosa, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih harmonis. Lisan yang terjaga adalah tanda kebijaksanaan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah pepatah Arab, "Barang siapa banyak bicaranya, maka banyak pula kesalahannya."


Menghidupkan Empati dalam Setiap Ucapan
Pesan-pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ini mengingatkan kita bahwa ucapan harus disampaikan dengan penuh empati.  Terkadang, diam lebih bermakna daripada kata-kata yang tidak bijak. Dengan memahami kondisi orang lain, kita belajar untuk mengutamakan kepekaan sosial daripada ego pribadi.


Mari jadikan pesan ini sebagai pedoman hidup sehari-hari. Setiap kali kita berbicara, tanyakan pada diri sendiri: Apakah ucapan ini membawa kebaikan atau justru menyakitkan? Sebab, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR Bukhari dan Muslim).


Akhirnya, menjaga lisan bukan hanya soal menghindari dosa, tetapi juga mencerminkan kasih sayang kepada sesama. Di era media sosial saat ini, tulisan kita sama dengan lisan. Ungkapan yang kita tulis di status, komentar, atau unggahan dapat berdampak pada perasaan dan kehidupan orang lain. Oleh karenanya, nasihat Sayyidina Ali di atas sangat relevan untuk menjaga apa yang kita tulis di media sosial. Sebelum mengetik, tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini akan membawa kebaikan, atau justru melukai orang lain? Mari bijak berbicara dan menulis agar menjadi sumber inspirasi dan kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun