Siapa sih yang nggak ingin punya pemimpin yang hebat? Sebagai seorang Muslim, kita punya contoh terbaik dalam sosok Rasulullah SAW. Nggak hanya jadi panutan dalam hal ibadah, beliau juga figur luar biasa dalam kehidupan sehari-hari---baik sebagai suami, ayah, pedagang, pemimpin negara, hingga komandan perang. Nggak heran kalau Allah SWT memerintahkan kita untuk meneladani beliau, seperti yang tertulis di Al-Qur'an, "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..." (QS. Al-Ahzab: 21).
Menjelang Pilkada, kita juga bisa mengambil inspirasi dari empat sifat mulia Rasulullah SAW. Yuk, kita bahas satu per satu, supaya kamu lebih mudah menentukan pilihan nanti!
Siddiq: Jujur Itu Kunci Utama
Sifat ini adalah tentang kejujuran, baik dalam kata maupun perbuatan. Rasulullah SAW selalu jujur, bahkan dalam bercanda. Sebagai pemimpin, kejujuran adalah dasar dari semua tindakan. Dalam hadits disebutkan, "Tiada seorang yang diamanati oleh Allah memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan baginya surga." (HR Bukhari dan Muslim).
Bayangkan kalau pemimpin nggak jujur. Bukan cuma bikin kecewa, tapi juga bisa menghancurkan kepercayaan rakyat. Jadi, kalau kamu ingin memilih pemimpin, pastikan dia orang yang punya integritas tinggi dan nggak suka ngomong asal-asalan demi pencitraan.
Amanah: Bisa Dipercaya
Amanah itu artinya bisa dipercaya. Kalau ada orang titip sesuatu, kita jaga baik-baik. Dalam konteks pemimpin, amanah berarti mampu menjalankan tanggung jawabnya dengan adil dan tanpa pamrih. Seperti firman Allah dalam QS. An-Nisa: 58, "Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil."
Coba deh pikir, triliunan rupiah dana daerah ada di tangan pemimpin. Kalau dia nggak amanah, uang itu bisa dipakai untuk hal yang nggak penting atau bahkan kepentingan pribadi. Jadi, pastikan calon pemimpin yang kamu pilih bukan cuma kelihatan "pintar ngomong," tapi juga punya rekam jejak yang bersih.
Tabligh: Komunikatif dan Terbuka
Rasulullah SAW selalu menyampaikan apa yang diperintahkan Allah SWT tanpa ada yang ditutup-tutupi. Sebagai pemimpin, kemampuan berkomunikasi yang baik itu wajib. Pemimpin yang komunikatif bukan cuma mendengar rakyat saat butuh dukungan, tapi terus menjaga keterbukaan sepanjang masa jabatannya.
Kalau pemimpin terlalu jauh dari rakyatnya, bagaimana dia tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan? Jadi, pastikan pilihanmu jatuh pada pemimpin yang nggak cuma hadir saat kampanye, tapi juga selalu ada ketika rakyat memerlukan.
Fathonah: Cerdas dan Bijak
Sifat ini mencakup kepintaran, kecerdikan, dan kebijaksanaan. Rasulullah SAW selalu punya cara cerdas dalam menyelesaikan masalah. Dalam QS. Al-An'am: 83 disebutkan bahwa Allah memberikan hikmah kepada para nabi untuk menghadapi kaumnya.
Pemimpin yang cerdas mampu membuat strategi yang tepat, tahu prioritas, dan bisa menyelesaikan masalah tanpa bikin ribut. Kalau seseorang hanya pintar berjanji tapi nggak tahu cara kerja, itu tanda dia belum siap jadi pemimpin.
Jadi, memilih pemimpin bukan soal siapa yang paling terkenal atau siapa yang bagi-bagi uang atau kaos. Pilihan kita punya dampak besar, bukan cuma untuk masa kini, tapi juga untuk generasi mendatang. Jadi, yuk gunakan empat sifat Rasulullah SAW ini sebagai kriteria utama.
Lalu, bagaimana menilai ada tidaknya keempat sifat itu pada calon pemimpin atau kandidat?
Berikut cara menilai apakah seorang kandidat memiliki keempat sifat kepemimpinan yang sesuai dengan teladan Rasulullah SAW:
1. Siddiq (Jujur)
Periksa rekam jejaknya, cari tahu apakah kandidat pernah terlibat dalam kasus kebohongan, korupsi, atau penyalahgunaan wewenang? Apakah transparan dalam laporan keuangan atau program kerja?
Amati sikapnya saat debat atau wawancara. Kandidat yang jujur biasanya konsisten dalam ucapannya, tidak memberikan janji-janji berlebihan yang sulit direalisasikan. Jangan lupa, lihat integritasnya dalam masa lalu, apakah pernah menyelesaikan tanggung jawab sebelumnya dengan baik tanpa kontroversi?
2. Amanah (Bisa Dipercaya)
Tinjau riwayat kerjanya. Kandidat yang amanah biasanya punya reputasi baik dalam jabatan sebelumnya. Apakah dia pernah menjalankan amanah besar seperti memimpin lembaga atau organisasi dengan hasil memuaskan?
Pantau tindakannya, bukan hanya ucapannya. Kandidat yang amanah menunjukkan komitmen nyata, seperti merealisasikan program atau janji yang sudah pernah dibuat sebelumnya. Evaluasi juga cara pengelolaan dana. Jika kandidat pernah mengelola anggaran besar, periksa apakah penggunaannya tepat sasaran dan transparan.
3. Tabligh (Komunikatif dan Terbuka)
Perhatikan gaya komunikasi publiknya, apakah kandidat bisa menyampaikan ide dengan jelas dan mudah dipahami? Kandidat yang komunikatif biasanya mampu menjelaskan visi misinya dengan rinci, tanpa basa-basi yang berlebihan.
Amati keterbukaannya pada masyarakat. Kandidat yang memiliki sifat tabligh biasanya aktif berinteraksi dengan rakyat, baik melalui kunjungan lapangan maupun diskusi terbuka. Uji juga responsnya terhadap kritik, apakah selalu merespons kritik dengan bijak, atau justru defensif? Pemimpin yang komunikatif tidak menghindar dari dialog, bahkan dalam situasi sulit.
4. Fathonah (Cerdas dan Bijak)
Analisis solusi yang ditawarkan. Kandidat yang cerdas biasanya punya gagasan dan strategi yang konkret, bukan sekadar janji-janji kosong. Lihat apakah rencana kerja yang dia tawarkan masuk akal dan terukur.
Tinjau pendidikan dan pengalamannya. Riwayat pendidikan serta pengalaman di bidang kepemimpinan dapat menjadi indikasi kecerdasannya dalam mengelola masalah kompleks.
Amati keputusannya dalam situasi sulit. Kandidat yang bijak akan menunjukkan kemampuan mengambil keputusan yang adil, mempertimbangkan dampaknya bagi banyak pihak.
Tips Praktis Menilai Kandidat
Cari informasi dari berbagai sumber. Jangan hanya percaya pada kampanye, tapi gali informasi dari media independen, rekam jejak online, dan opini masyarakat yang pernah berinteraksi dengan kandidat.
Lihat debat publik atau diskusi politik yang diikuti kandidat. Kita bisa menilai langsung bagaimana kandidat menyampaikan ide, merespons kritik, dan menunjukkan kepribadian aslinya.
Bertanya pada banyak orang atau kelompok masyarakat. Orang yang pernah bekerja dengan kandidat biasanya tahu apakah dia punya sifat-sifat tersebut.
Memilih pemimpin itu seperti memilih nakhoda kapal. Pastikan kamu memilih orang yang punya integritas, amanah, komunikasi yang baik, dan kecerdasan untuk membawa masyarakat menuju arah yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H