Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo Harus Belajar dari Pengangkatan Nabi Yusuf jadi "Menteri"

19 Oktober 2024   15:25 Diperbarui: 19 Oktober 2024   15:32 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepekan terakhir isu politik nasional diriuhkan oleh berita dipanggilnya beberapa tokoh ke kediaman presiden terpilih, Prabowo Subianto.

Sejumlah tokoh itu dipanggil untuk menjadi menteri, wakil menteri, atau kepala lembaga setingkat menteri.

Terkait pemanggilan para tokoh itu, saya jadi teringat kisah Nabi Yusuf, saat dipanggil oleh raja untuk dijadikan bendahara kerajaan. Mungkin kalau sekarang Menteri Keuangan, ya?

Tapi sebelum saya mengulas tentang kisah pemanggilan Nabi Yusuf tersebut, sepertinya saya harus menceritakan background-nya, mengapa Nabi Yusuf sampai dipanggil oleh raja, padahal saat itu ia sedang di penjara.

Baiklah, kita flashback ke era saat Nabi Yusuf masih kecil, atau masih muda, remaja.

(Nabi) Yusuf adalah putra ke-11 Nabi Yaqub. (Nabi) Yusuf memiliki 10 kakak yang berbeda ibu, dan 1 adik kandung, bernama Bunyamin.

Karena melihat potensinya, Nabi Yaqub memperlakukan (Nabi) Yusuf berbeda dari 11 anaknya yang lain. Dan hal ini membuat kesepuluh kakak (Nabi) Yusuf cemburu. Mereka pun kemudian membuat rencana untuk menyingkirkan (Nabi) Yusuf.

Suatu hari, ke-10 kakaknya mengajak (Nabi) Yusuf berburu. Nabi Yaqub sudah punya firasat buruk, ia pun melarang (Nabi) Yusuf ikut. Namun, kakak-kakaknya bersikeras membujuk (Nabi) Yusuf.

Di hutan, sesuai rencana, ke-10 kakaknya melempar (Nabi) Yusuf ke dalam sumur, setelah merobek pakaiannya. Pakaian (Nabi) Yusuf itu kemudian dilumuri darah kambing.

Lalu mereka pulang, dan lapor ke Nabi Yaqub bahwa (Nabi) Yusuf meninggal diterkam serigala. Mereka pun menunjukkan pakaian (Nabi) Yusuf yang berlumuran darah.

Tak lama setelah (Nabi) Yusuf berada di dalam sumur, lewatlah kafilah dagang yang hendak ke Mesir. Saat salah seorang di antara mereka hendak mengambil air di sumur, mereka menemukan (Nabi) Yusuf.

Mereka kemudian membawa (Nabi) Yusuf ke Mesir untuk dijual sebagai budak.

(Nabi) Yusuf dibeli oleh seorang pejabat kerajaan, dan dipekerjakan di rumahnya.

Semakin dewasa, ketampanan (Nabi) Yusuf membuat istri majikannya bernafsu. Ia lalu merayu dan membujuk (Nabi) Yusuf. Namun (Nabi) Yusuf tidak tergoda. Karena marah, istri majikannya tersebut memfitnah (Nabi) Yusuf, sehingga ia dihukum dan dimasukkan ke penjara.

Suatu hari, setelah lama di penjara, dua orang temannya satu sel bermimpi. Yang satu bermimpi sedang memeras anggur, yang satunya bermimpi membawa nampan berisi roti yang ia letakkan di kepalanya, lalu roti-roti itu disambar burung gagak.

(Nabi) Yusuf kemudian menafsirkan mimpi kedua temannya itu. Menurut tafsirannya, temannya yang bermimpi memeras anggur akan dibebaskan dari hukuman dan diangkat menjadi pelayan raja. Sedangkan yang bermimpi membawa roti, menurut tafsiran (Nabi) Yusuf, ia akan dihukum mati dengan cara disalib dan kepalanya akan dipatuk burung gagak.

Beberapa hari kemudian tafsiran (Nabi) Yusuf menjadi kenyataan. Kedua temannya mengalami nasib sebagaimana tafsirannya.

Beberapa bulan setelah kejadian itu, Raja bermimpi. Dalam mimpinya, Raja melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuan ekor sapi betina yang kurus-kurus. Raja juga melihat tujuh bulir gandum yang hijau dan tujuh bulir lagi yang kering.

Raja memanggil semua penasihatnya, juga para juru ramal, untuk menafsirkan mimpinya tersebut. Tapi, tidak ada satupun yang bisa. Raja pun sangat kecewa.

Kemudian, pelayan Raja yang dulu pernah dipenjara berkata bahwa di dalam penjara ada seseorang yang ahli menafsirkan mimpi. Karena penasaran, Raja pun memerintahkan untuk memanggil orang tersebut. Yang dimaksud adalah (Nabi) Yusuf.

(Nabi) Yusuf pun dibawa ke hadapan Raja. Raja kemudian menceritakan mimpinya. Setelah mendengar mimpi Raja, (Nabi) Yusuf menjelaskan arti mimpi tersebut.

(Nabi) Yusuf berkata, "Arti dari mimpi baginda adalah bahwa negeri Mesir ini akan mengalami masa subur selama tujuh tahun, tetapi kemudian akan berganti, mengalami kemarau yang panjang, selama tujuh tahun pula."

"Lalu, apa yang harus kulakukan?" tanya Raja.

"Simpanlah hasil gandum kalian di waktu musim subur sebagai bekal untuk bertahan di musim kemarau yang panjang," jawab (Nabi) Yusuf.

Raja mengangguk-angguk mendengar penjelasan (Nabi) Yusuf tersebut. 'Masuk akal,' pikirnya.

Raja kemudian membebaskan (Nabi) Yusuf dan mengangkatnya menjadi bendahara. Karena menurutnya, (Nabi) Yusuf memiliki kompetensi, kapabilitas, serta 'visi dan misi' yang jelas, realistis, dan solutif.

Visi Nabi Yusuf adalah kerajaan akan mengalami masa subur dan kemudian masa kering (paceklik) yang panjang.

Sementara misinya adalah menyimpan sebagian besar hasil panen di masa subur. Nabi Yusuf menjalankan apa yang sekarang disebut 'manajemen logistik'.

Setelah diangkat jadi bendahara, (Nabi) Yusuf merealisasikan misinya menjadi program kerja. Selama tujuh tahun masa subur, hasil panen tidak dikonsumsi semua, tapi sebagian besarnya disimpan di gudang penyimpanan.

Setelah 7 tahun, Mesir pun dilanda kemarau yang sangat panjang. Banyak rakyat kelaparan karena kehabisan gandum. Namun, Raja tidak khawatir karena telah memiliki stok makanan yang cukup banyak. Raja pun membagikan persediaan gandum kepada rakyat, yang datang berbondong-bondong ke Kerajaan.

Kisah di atas dijelaskan di dalam al-Quran surat Yusuf ayat ke-46 sampai 49.

Lalu, apa kaitannya kisah di atas dengan situasi politik Indonesia saat ini, khususnya di sepekan terakhir?

Saya berandai-andai, alangkah baiknya seandainya Pak Prabowo saat memanggil para tokoh untuk dijadikan menteri itu mencontoh Raja Mesir dalam kisah di atas.

Idealnya, saat dipanggil ke hadapan presiden terpilih itu, para tokoh yang dipanggil memaparkan visi dan misinya, yang jelas, realistis, dan solutif. Sebagaimana penyampaian Nabi Yusuf di hadapan Raja Mesir.

Begitupun, Pak Prabowo, sebagai presiden terpilih, menunjuk seseorang menjadi anggota kabinet itu berdasarkan kompetensi, kapabilitas, serta memiliki visi dan misi yang jelas, realistis, dan solutif.

Jadi, pengangkatannya bukan karena balas jasa atau giveaway.

Tapi... terserahlah, itu, kan, hak prerogatif presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun