Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gara-gara Kabisat

1 Agustus 2024   06:30 Diperbarui: 1 Agustus 2024   06:46 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jody merespon cepat. Ia bersama timnya segera menuju lokasi. Dalam hitungan menit, mereka sudah mengepung bank tersebut. Robby dan Jody bertemu di pintu utama, dengan pandangan yang penuh kesiagaan.

"Kita harus masuk dan menangkap mereka. Jangan biarkan mereka kabur," kata Jody dengan tegas.

Mereka masuk melalui pintu belakang yang sudah dikuasai polisi. Perlahan, mereka mendekati ruang brankas. Para perampok, yang sudah kehabisan ide, mulai mencoba mencari cara lain untuk keluar. Pete mencoba menenangkan kelompoknya, tapi wajahnya memancarkan ketakutan.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita terjebak!" teriak seorang anggota perampok.

Tiba-tiba, pintu ruang brankas didobrak. Robby dan Jody berdiri di sana, dengan senjata terangkat. Pete dan kelompoknya terdiam. Tak ada jalan keluar. Mereka semua ditangkap tanpa perlawanan.

Di luar bank, para perampok dibawa keluar dengan tangan terborgol. Pete menundukkan kepala, wajahnya menunjukkan kekalahan dan penyesalan. Owen merasa hancur, menyadari betapa salahnya langkah yang diambilnya.

Robby dan Jody berdiri di dekat mobil polisi, mengamati situasi yang terkendali. Jody menepuk bahu Robby, "Kerja bagus. Tanpa kamu, mereka mungkin sudah berhasil kabur."

Robby tersenyum tipis, "Hanya melakukan tugas. Tapi malam ini, kita mendapat sedikit keberuntungan dengan alarm yang berbunyi."

Jody mengangguk setuju, "Ya, dan keberuntungan itu terjadi karena perencanaan yang buruk dari mereka. Bahkan dalam kejahatan, perlu ada perencanaan yang matang."

Pete, Owen, dan anggota lainnya dibawa masuk ke mobil polisi. Malam yang direncanakan sebagai aksi besar, berakhir dengan kegagalan total. Mereka terperangkap oleh kelalaian mereka sendiri, sebuah kesalahan fatal dalam perhitungan sederhana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun