Sesampainya di depan brankas, Pete dan anggota kelompok lainnya mulai bekerja dengan cepat. Mereka mengeluarkan alat-alat pembongkar yang canggih, mencoba membuka kunci brankas yang berat itu. Owen berdiri di dekat mereka, memberikan instruksi dari pengetahuan yang dimilikinya sebagai pegawai bank.
Pete menatap jam tangan dengan cemas. "Kita punya waktu kurang dari setengah jam. Cepat, bongkar brankasnya!"
Suara dengungan mesin pembongkar pintu besi menggema di ruang brankas yang besar. Para perampok berkeringat, bekerja keras membuka brankas yang kuat itu. Namun, tiba-tiba, suara sirine keras menggelegar, memecah keheningan malam itu.
Owen terkejut, wajahnya pucat. Pete, dengan marah, menatap Owen dengan mata berapi-api. "Apa yang terjadi?! Bukankah seharusnya sistem mati?!"
Owen menelan ludah, matanya melebar karena ketakutan. "Sis ... sistem seharusnya mati ... Aku yakin sekali!"
Pete melangkah maju, menarik kerah baju Owen dengan kasar. "Jangan bohong padaku, Owen! Kita terjebak! Semua karena kesalahanmu!"
Owen tergagap, mencoba berpikir cepat. Dan kemudian, seperti kilatan petir, kesadaran menghantamnya. "Oh tidak ... Ini tahun kabisat," katanya dengan suara hampir berbisik. "Tahun ini bulan Februari sampai tanggal 29 ..., Kita salah menghitung. Sistem belum mati karena belum tanggal satu!"
Pete menggeram marah, melepaskan Owen dengan kasar. "Jadi kita terjebak di sini karena kamu tidak bisa menghitung hari dengan benar?!"
Kepanikan mulai menyebar di antara para perampok. Pintu-pintu bank terkunci otomatis, dan sistem keamanan yang aktif mulai mengunci mereka di dalam. Mereka mencoba membuka pintu, tapi semuanya sia-sia.
Di luar, Robby yang tengah berpatroli mendengar alarm. Ia segera menghubungi Jody, seorang polisi yang sudah lama menjadi rekannya dalam berbagai situasi genting.
"Jody, ada perampokan di bank! Aku butuh backup sekarang juga!" Robby berseru dengan nada serius.