Topik pilihan Kompasiana: Partai Kepincut Elektabilitas Tokoh, sangat menarik untuk diulas. Mengapa? Karena - sepengamatan saya - telah terjadi pergeseran orientasi partai politik dalam pilkada.
Saat ini - sekali lagi ini opini saya - orientasi partai hanya 'yang penting menang'. Bagaimana caranya, di pilkada harus menang.
Betul, tujuan kompetisi adalah untuk menang. Namun, tidak harus dengan menyingkirkan idealisme partai, seperti mencalonkan 'orang lain' dan melupakan kader sendiri.
Selain Pemilu, Pilkada adalah tolok ukur keberhasilan sebuah partai politik di daerah. Sehingga tidak mengherankan kalau kemudian setiap Parpol berusaha keras memenangkan kontestasi politik tingkat daerah tersebut.
Berbagai cara dilakukan partai politik untuk itu. Salah satunya dengan mengusung tokoh populis yang diperhitungkan menjadi magnet yang akan menarik suara rakyat sebanyak mungkin.Â
Fenomena merekrut dan kemudian mengusung tokoh sekarang ini memang sedang berlangsung.
Misalnya seperti yang terjadi di daerah saya sendiri, Kota Tasikmalaya. Beberapa partai politik membuka pendaftaran secara terbuka untuk siapapun yang berniat maju di Pilkada 2024 nanti, sebagai kandidat calon walikota.
Seperti yang diwartakan pikiranrakyatcom, 19/04/2024, beberapa partai politik di Kota Tasikmalaya mulai membuka pendaftaran Calon Wali Kota dan Calon Wakil Wali Kota Tasikmalaya Periode 2024-2029. Partai-partai yang membuka pendaftaran itu antara lain Partai Demokrat, PPP, PKB dan PDI Perjuangan.Â
Keempat parpol itu mengaku bahwa membuka pendaftaran Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota itu merupakan mekanisme yang diterapkan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) masing-masing parpol. Bahkan setiap parpol wajib membuka kesempatan, selain untuk kader, juga untuk khalayak umum yang memiliki potensi.
Mengusung tokoh eksternal parpol sebagai calon kepala daerah, menurut saya adalah bukti kegagalan parpol menjalankan fungsinya.