Tulisan hari keenam tentang bagaimana menjadi pribadi bahagia dengan optimis setiap hari
Apakah Anda pernah merasa bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang sulit diperoleh?
Atau Anda mengira kebahagiaan itu datangnya ujug-ujug?
Banyak dari kita mungkin terjebak dalam pikiran bahwa kebahagiaan hanya bisa diperoleh melalui pencapaian besar atau saat keberuntungan yang datang secara tiba-tiba.
Padahal yang sebenarnya, kebahagiaan adalah sebuah pilihan. Maka, untuk menjadi pribadi bahagia, penting memahami dan memilih pandangan ini.
Menyadari Kekuatan Pilihan
Dalam setiap situasi, kita memiliki pilihan untuk merespon situasi tersebut, apakah merespon dengan positif atau negatif.Â
Melihat setiap kejadian sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh adalah landasan dari sikap optimis yang membawa pada kebahagiaan.
Dr. Martin Seligman, seorang psikolog terkenal, telah melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa melatih diri untuk melihat sisi baik dari setiap situasi dapat meningkatkan tingkat kebahagiaan seseorang secara signifikan.
Tokoh agama dari Tibet, Dalai Lama, pun menekankan pentingnya sikap mental yang positif dalam mencapai kebahagiaan. Beliau mengatakan bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang diperoleh dari luar, tetapi berasal dari dalam diri kita sendiri. Dengan memilih untuk berpikir positif dan bersyukur atas apa yang dimiliki, seseorang dapat menciptakan suasana hati yang bahagia.
Al-Quran dan Hadis juga memberikan pedoman yang kuat tentang pentingnya memilih kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satunya di ayat 28 surat ar-Ra'du. Allah SWT berfirman,
"Orang-orang yang beriman, hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."Â
Ini menunjukkan bahwa memusatkan pikiran pada hal-hal yang baik dan selalu mengingat Allah adalah kunci untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup.
Dalam satu hadis, Rasulullah SAW bersabda,Â
"Barangsiapa yang menjadikan urusan dunia sebagai tujuannya, Allah akan menyebabkan kegundahannya berkepanjangan dan akan menyebarkan kesempitan atasnya dan dia tidak akan mendapatkan apa pun dari dunia kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah baginya. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, Allah akan menjadikan kekayaan di hatinya, akan berkumpul baginya ketenangan dan kedamaian jiwa dan akan memberikan kepadanya dunia dengan tunduk kepada dirinya." (Hadis Riwayat Ibnu Majah)
Melihat Kebahagiaan Sebagai Proses
Penting untuk diingat bahwa kebahagiaan bukanlah tujuan akhir yang harus dicapai, melainkan proses yang terjadi setiap hari.Â
Kebahagiaan bukanlah tujuan yang harus dicapai, tetapi lebih merupakan hasil dari cara kita menjalani hidup dan bagaimana kita merespons terhadap berbagai situasi.Â
Sebagai contoh, ketika seseorang menetapkan kebahagiaan sebagai tujuan utama, ia cenderung menciptakan tekanan pada dirinya sendiri untuk mencapainya, dan jika tidak tercapai, ia bisa merasa gagal.
Sebaliknya, melihat kebahagiaan sebagai hasil dari pilihan dan sikap positif memungkinkan seseorang untuk menikmati proses hidup tanpa membebani diri dengan ekspektasi yang berlebihan.
Dengan mengutamakan nilai-nilai seperti rasa syukur, kebaikan, dan keseimbangan, seseorang dapat menemukan kebahagiaan dalam momen-momen sehari-hari tanpa terjebak dalam pengejaran tanpa henti akan sebuah tujuan yang seringkali tidak dapat didefinisikan dengan jelas.Â
Tentu saja, ada saat-saat ketika hidup menghadapi masalah yang sulit. Namun, dalam kondisi saat sulit tersebut, kita masih memiliki kekuatan untuk memilih bagaimana kita akan merespons.
So, let's be happy every day. Because happiness is our choice.
TMS, 17/04/2024
#bahagiatiaphari
#alwaysoptimistic
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H