Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suka Duka KPPS, Ada Tiga Tipe Pemilih

14 Februari 2024   06:00 Diperbarui: 14 Februari 2024   06:01 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas KPPS membagikan undangan / Sumber: radarlombok

Beberapa hari yang lalu saya menulis artikel dengan judul Petugas KPPS dan Segala Permasalahannya.

Tulisan itu didasari curahan hati saya yang kembali diminta untuk menjadi petugas KPPS, setelah di Pemilu sebelumnya, tahun 2019.

Curhatan saya terkait kekhawatiran tidak terlaksananya pemilu sesuai harapan, karena petugasnya banyak yang baru (belum pengalaman jadi petugas KPPS), bimbingan teknis (bimtek) yang cuma beberapa jam, dan anggaran pembuatan TPS yang belum jelas, besarnya dan kapan carinya.

Tak disangka, artikel tersebut dinilai oleh Kompasiana layak mendapat titel Artikel Utama. Mungkin karena apa yang saya tulis related dengan situasi saat ini.

Menjadi anggota KPPS sepertinya sekarang sedang nge-trend. Di Facebook banyak grup petugas KPPS, dan diskusinya cukup ramai.

Alhamdulillah, di tempat saya, H-5 dana untuk pembuatan TPS cair. Saya dan enam petugas KPPS lainya kembali bersemangat. Langsung mengadakan pertemuan untuk membicarakan apa saja yang dibutuhkan.

Selain dana untuk TPS, di H-5 pun kami mendapat tugas untuk membagikan surat undangan memilih atau yang disebut 'Model C Pemberitahuan', kepada calon pemilih yang terdaftar di DPT (daftar pemilih tetap) TPS tempat kami bertugas.

Ada 298 pemilih di DPT. Artinya ada 298 lembar surat undangan yang harus dibagikan. Karena TPS saya meliputi tiga RT, maka 298 undangan itu kita bagi tiga. Saya kebagian satu RT, perumahan tempat saya tinggal. 

Nah, cerita membagikan surat undangan ini yang akan saya tulis di artikel ini.

Berdasarkan respon warga (pemilih) saat menerima surat undangan, saya mengklasifikasikan menjadi tiga tipe pemilih, yaitu:

Pemilih Mager

Pemilih Kepo

Pemilih Baper

Pemilih Mager

Mager atau malas gerak adalah tipe pemilih yang malas mengurus surat pindah.

Saat membagikan undangan, ada beberapa warga yang menghubungi saya karena ingin pindah milih.

Ada yang terdaftar di sini, tapi karena kuliah atau kerja, ingin nyoblos di tempat kuliah/kerjanya. Atau ada warga yang masih ber-KTP luar tapi ingin nyoblos di sini. 

Saya katakan kepada mereka, "Anda telat!" Maksudnya, permintaan pindah memilih, di H-3, sudah tidak bisa.

Kenapa saya sebut Mager? 

Ya, karena sebenarnya kalau mereka mau mengurus ijin pindah jauh-jauh hari sebelumnya pasti dilayani oleh PPS.

Padahal, melalui grup WA warga perum, saya selalu menginformasikan tentang aturan pindah milih ini. Dan lagi, letak kantor PPS dari perumahan saya cuma 1 km.

Karena Mager, malas gerak, mereka kehilangan haknya untuk memilih.

Pemilih Kepo

Titel Kepo atau selalu pingin tahu saya berikan kepada pemilih yang selalu bertanya, 'kapan surat undangan dibagikan?', atau 'kenapa saya belum juga mendapat surat undangan?' dan pertanyaan sejenisnya. 

Ada yang bertanya belum waktunya. Maksudnya bertanya beberapa hari sebelum surat undangan memilih diterima KPPS. Ada yang bertanya di saat surat undangan telah didistribusikan, tapi karena keterbatasan waktu saya (karena saya harus kerja), belum sempat diberikan.

Tapi ada bagusnya pemilih kepo ini. Artinya mereka peduli pada pemilu, dan tidak sabar ingin segera mendapat surat undangan.

Pemilih Baper

Baper atau banyak perasaan, ini dialami oleh pemilih yang kebetulan terdaftar sebagai pemilih bukan di TPS saya bertugas. 

Untuk diketahui, sekarang ada aturan dari KPU, warga satu RT dipecah ke beberapa TPS. Tidak di satu TPS. 

Nah, warga yang terdaftar di TPS lain, otomatis, kan, surat undangannya tidak saya pegang.

Masalahnya, mereka jadi Baper, disangkanya saya menahan surat undangannya, atau sengaja tidak dibagikan. 

Bahkan, ada yang menelepon dan menunjukkan ke-baper-annya. Lalu, saya minta cek dulu di dptonline, karena memang saya tidak memegang surat undangannya. 

Setelah dia cek, eiya, dia terdaftar di TPS lain. Tapi masalah belum selesai, ke-baper-annya masih. Karena dia menyangka saya sengaja memisahkan dia dengan warga lain. Mungkin karena saya juga ketua RT, jadi dikiranya saya yang mengatur DPT. 

Duh, aya-aya wae. 

Ternyata membagikan surat undangan ke TPS tidak semudah membagikan surat undangan nikah. 

Teman-teman yang jadi petugas KPPS, apakah mengalami hal yang sama? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun