Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beri Tahu, Jangan Disalahkan

1 Februari 2024   09:32 Diperbarui: 1 Februari 2024   09:44 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi para sahabat Rasulullah / sumber: purnawarta

Dua fragmen dari kisah hidup Rasulullah di atas mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru menyalahkan orang lain yang melakukan kesalahan, atau melakukan sesuatu yang menurut kita tidak seharusnya dilakukan. Apalagi kalau sampai memarahinya, membuatnya malu, atau memvonisnya sebagai orang yang bersalah.

Si Arab Baduwi mungkin sedang dalam perjalanan dan kebelet ingin buang air kecil. Melihat masjid dikiranya toilet umum, maka tanpa merasa bersalah dia masuk dan menunaikan hajatnya.

Rasulullah sangat bijak dan tahu kalau si Arab Baduwi belum paham. Beliau mencegah para sahabat memarahi si Arab Baduwi, karena mungkin saja si Arab akan kaget atau takut lalu dia berlari dan air seninya bercipratan kemana-mana. Rasulullah meminta para sahabat untuk menunggu sampai si Arab Baduwi menyelesaikan hajatnya, baru kemudian menegurnya.

Begitupun ketika mendengar permintaan seorang pemuda yang minta dibolehkan berzinah. Rasulullah tidak marah, tidak tersinggung, karena beliau tahu kalau si Pemuda belum paham. Kemudian Rasulullah menasihatinya dengan lemah lembut, sampai si Pemuda memahami jeleknya perbuatan zinah.

Jangan mudah menyalahkan. Beritahu saja. Itu hikmah dari dua kisah di atas. Karena tidak setiap orang punya pemahaman atau pengetahuan yang sama dengan kita. Kalau sudah diberitahu tetapi tetap melakukan, itu lain persoalan.

Kedua kasus di atas contoh bersikap pada orang yang betul-betul melakukan sebuah kesalahan. Buang air kecil di masjid dan berzinah secara syariat adalah perbuatan dosa. Namun, Rasulullah memberi contoh kepada kita, bagaimana seharusnya menyikapinya.

Apalagi untuk suatu perbuatan yang masih ada perbedaan pendapat tentang salah tidaknya. Misalnya dalam tata cara beribadah. Sudah seharusnya kita bersikap lebih bijak. Tidak gampang memvonis atau menyalahkan, tidak mudah membidahkan. Bisa jadi ada orang yang melakukan cara ibadah tertentu, yang berbeda dengan kita, dikarenakan dia belum tahu atau punya referensi yang berbeda, yang justru kita yang belum mengetahuinya.

Ada satu kaidah sederhana supaya kita bisa bersikap bijak saat melihat seseorang melakukan satu cara ibadah yang berbeda dengan kita.

'Ilmui apa yang kita amalkan, dan ilmui apa yang orang lain amalkan'.

Ilmui maksudnya pelajari, cari tahu ilmunya dari rujukan yang benar. Untuk cara ibadah yang kita lakukan, tentu wajib kita mempelajarinya. Karena sangat berdosa apabila kita melakukan sesuatu tanpa disertai ilmunya.

Begitupun saat melihat orang lain melakukan cara ibadah yang berbeda. Ilmui, cari tahu ilmunya, rujukannya yang dipakai orang itu. Karena barangkali kita memang belum mengetahuinya. Daripada memvonisnya melakukan perbuatan bidah, alangkah baiknya kalau justru memunculkan kepenasaran kita untuk mencari tahu dasar hukumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun