Kedua, ada rasa optimis, karena mereka yang sekarang terseleksi menjadi petugas KPPS kebanyakan anak muda. Perhitungan saya, di kelurahan saya, 60 persennya berusia di bawah 30 tahun.Â
Ketiga, saya merasa akan kerepotan saat bertugas di hari Pemilu nanti. Masalahnya, dari tujuh petugas KPPS di TPS saya, hanya saya sendiri yang pernah menjadi petugas KPPS.
Keempat, sampai hari ini, enam belas hari menjelang pelaksanaan Pemilu, belum ada kejelasan besarnya anggaran untuk pendirian TPS dan sosialisasi ke masyarakat pemilih.
Bukan apa-apa, di musim hujan seperti sekarang, untuk keselamatan dan kenyamanan bersama, idealnya TPS itu di dalam ruangan atau indoor. Masalahnya, gedung yang bisa dipakai tanpa sewa, seperti sekolah, kantor RW, dan sebagainya, terbatas.Â
Selain itu harus sewa. Seharusnya paling lambat di H-3 sudah memberikan uang DP ke pemilik gedung, sehingga petugas KPPS sudah bisa bekerja menyiapkan TPS.Â
Selain gedung, prasarana lainnya yang harus sewa adalah kursi, meja, papan tulis, dan yang lainnya. Dan itu semua tidak cukup satu dua buah.Â
Biaya lain yang diperlukan adalah biaya untuk sosialisasi atau publikasi pelaksanaan Pemilu kepada masyarakat (pemilih). Saat bimtek kemarin, KPPS diharuskan sudah menginformasikan pelaksanaan Pemilu kepada pemilih sejak H-5.
Walaupun saat bimtek itu dijelaskan ada beberapa alternatif media yang bisa digunakan, tetapi yang paling efektif adalah melalui spanduk. Jelas dibutuhkan biaya untuk pembuatan spanduk.
Tentu saja ada biaya-biaya lainnya untuk membuat TPS yang nyaman dan aman, supaya pemilih maupun petugas KPPS dapat melaksanakan Pemilu dengan tenang.
Itu yang saya rasakan sekarang setelah dilantik menjadi petugas KPPS dan menerima bimbingan teknis.Â
Semoga saja segala kekhawatiran saya di atas tidak terjadi. Semoga pelaksanaan Pemilu di tahun 2024 ini berlangsung dengan lancar tanpa ada hambatan sekecil apapun.Â