Pemilihan presiden tinggal dua bulan lebih, tiga pasangan capres-cawapres sudah resmi daftar ke komisi pemilihan umum (KPU), bahkan sudah memiliki nomor urut.
Ketiga pasangan capres-cawapres sudah wira-wiri ke sana ke mari mensosialisasikan diri dan menyampaikan visi-misi. Mereka berharap dipilih oleh rakyat yang dikunjunginya.
Keinginan rakyat sebenarnya sederhana. Rakyat ingin pemimpin yang tidak munafik. Tidak munafik, kalau menurut hadis nabi, adalah tidak suka berbohong, tidak pernah mengingkari janji, dan tidak mengkhianati amanah yang diberikan.
Keenam orang capres-cawapres yang akan bersaing di pilpres 2024 memang belum bisa, atau sulit, dinilai suka berbohong atau suka mengingkari janji. Karena mereka belum menjabat sebagai presiden atau wakil presiden.
Namun, untuk menilai sifat amanah mereka sangat bisa. Mengapa? Karena saat ini pun mereka sedang memikul amanah. Di pundak mereka ada amanah (titipan kepercayaan rakyat).
Amanah apa?
Setidaknya ada dua amanah yang masih ada di pundak capres-cawapres, yaitu amanah menteri dan kepala daerah.
Menteri adalah pembantu presiden. Tugasnya membantu pekerjaan presiden, mengelola negara dan melayani rakyat, di bidang yang sesuai dengan kementriannya. Artinya dipercaya oleh negara.
Kepala daerah adalah orang yang dipilih - melalui pilkada - oleh rakyat daerah yang bersangkutan. Dipilih artinya dipercaya. Dipercaya untuk mengelola daerah supaya rakyatnya sejahtera, tercukupi kebutuhan jasmani dan rohaninya.
Dari enam orang capres-cawapres yang akan berlaga di pilpres nanti, ada tiga orang yang di pundaknya ada amanah dari negara dan amanah dari rakyat.
Prabowo Subianto