Namun, saat dia menoleh ke bukit pertama yang dia tinggalkan tadi, terlihat air yang menggenang. Senyum merekah muncul di mulutnya. Segera dia berlari menuju bukit yang pertama. Apa yang dia dapatkan ternyata hanya fatamorgana. Bukan genangan air. Kekecewaan kembali melandanya.
Tapi taklama. Senyumnya kembali merekah tatkala melihat genangan air di bukit yang kedua. Segera dia berlari. Namun, apa yang dia dapat sama dengan sebelumnya. Di bukit itu tidak ada genangan air. Setetes pun tidak ada. Kekecewaannya bertambah-tambah. Tapi dia tidak mau berhenti berusaha. Tangisan bayinya semakin kencang terdengar.
Dia yakin Sang Maha Pengasih takkan membiarkannya. Tapi dia harus berusaha. Kakinya kembali dilangkahkan, bolak-balik dari bukit yang pertama ke bukit kedua. Demikian terus bolak-balik hingga tujuh kali. Namun sayang, usahanya sia-sia. Ia kemudian kembali menemui sang putra dan khawatir jika putranya tidak bisa bertahan.
Di tengah kegelisahan dan keputusasaannya, wanita itu memohon kepada Allah agar diberikan yang terbaik untuk kehidupannya dan sang bayi. Tak lama setelah itu, Allah mengabulkan doanya.
Kaki bayinya yang menghentak-hentak, menendang tanah pasir di bawahnya. Tiba-tiba, air begitu derasnya keluar dari jejak hentakan kaki bayinya. Tak terkirakan bahagianya wanita itu.
Wanita yang tegar itu adalah Hajar. Sungguh, kita semua harus belajar dari ketegaran Hajar. Karena Allah pun memuliakannya. Apa yang dia lakukan, berlari tujuh kali bolak-balik dari dua bukit, yang kemudian di beri nama bukit Shafa dan Marwah, dijadikan salah satu rukun dalam ibadah haji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H