Beberapa jenak hening, tidak ada yang menjawab. Karena memang tidak ada yang tahu. Atau tidak mau menjawab, melihat wajah Raja yang memerah.
"Pasti perbuatan si Ibrahim!" celetuk seseorang, yang diamini orang-orang dengan mengangguk.
"Siapa itu Ibrahim?" tanya Raja pada si penjaga rumah ibadah.
"Dia putranya Azar, si pembuat patung, Tuan. Betul, pasti dia!" jawab si penjaga rumah ibadah seraya menunduk.
"Karena beberapa hari ini, dimana-mana, dia selalu berkata bahwa tuhan kita bukan patung, melainkan Tuhan yang menciptakan tanah, langit, dan apa pun yang ada di dunia ini," lanjutnya.
"Bawa dia ke sini!" perintah Raja.
Tak perlu menunggu dua kali diperintah, sepuluh orang pengawal Raja segera berhamburan ke luar. Dan tak lama kemudian mereka kembali sambil menyeret seorang pemuda, Ibrahim.
"Hei Ibrahim! Kenapa kau hancurkan tuhan-tuhan kami?" tanya Raja.
"Siapa bilang aku yang menghancurkan?" Ibrahim balik bertanya.
"Jangan mengelak! Semua orang tahu, hanya kau yang tidak mengakui tuhan-tuhan kita ini."
"Kalau Tuan ingin tahu siapa yang menghancurkan patung-patung ini, kenapa tidak bertanya ke patung yang besar itu. Justru, sangat mungkin patung itu yang melakukannya, karena patung itu satu-satunya yang tidak hancur. Lihat, kapaknya masih ada di dekat patung itu."