Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, Wasit yang Tidak Netral

31 Mei 2023   15:02 Diperbarui: 31 Mei 2023   15:07 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berita sikap Jokowi dalam Pilpres/sumber: kompastv

Menarik apa yang disampaikan Pak Jokowi saat bertemu dengan para pemimpin redaksi media massa nasional di Istana, Jakarta, Senin (29/5/2023) sore. Beliau mengatakan tetap akan cawe-cawe pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024, sebagaimana saya baca di berita online Kompastv kemarin.

Namun, Beliau menyebut, cawe-cawe atau mencampuri urusan kontestasi politik ini dalam arti yang positif. Cawe-cawe yang dimaksud, menurut Pak Jokowi, tentu masih dalam koridor aturan dan tidak akan melanggar undang-undang.

"Tolong dipahami ini demi kepentingan nasional, memilih pemimpin pada 2024 sangat krusial penting sekali, harus tepat dan benar. Karena itu saya cawe-cawe. Saya tidak akan netral karena ini kepentingan nasional." Demikian lanjut beliau.

Saya tergelitik dengan kalimat 'Saya tidak akan netral'. Terlepas apa yang dimaksud atau dipahami Pak Jokowi dengan kata 'netral' di kalimat tersebut, kok, rasanya aneh bagi saya.

Keanehan saya itu membuat saya membuka situs Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk mengetahui arti dari kata 'netral'.

Arti 'netral' menurut KBBI ada ada 5, yang pertama adalah 'Tidak berpihak (tidak ikut atau tidak membantu salah satu pihak)'. Untuk contoh kalimat untuk pengertian itu KBBI menulis: 'kepala negara harus tetap -- menghadapi pertentangan antarpartai'.

Empat arti lain dari kata 'netral', KBBI menulis sebagai berikut. 'Tidak berwarna (dapat dipakai untuk segala warna). Tidak dalam kelompok jantan atau betina (tentang kata-kata). Menunjukkan sifat yang secara kimia tidak asam dan tidak basa. Dan Bebas; tidak terikat (oleh pekerjaan, perkawinan, dan sebagainya)'.

Dari kelima arti 'netral' di KBBI tersebut saya tidak menemukan yang pas untuk mengartikan kata 'netral' yang dikatakan Pak Jokowi di atas.

Entahlah, mungkin Pak Jokowi punya kamus sendiri.

Namun, dari kelima pengetian 'netral' di dalam KBBI, kita dapat melakukan tiga tinjauan. Pertama, tinjuan aksiologis. Arti 'netral' tidak berwarna (contohnya semir sepatu), yang menunjukkan bahwa sesuatu yang netral itu bersifat bebas digunakan untuk apa (siapa) saja. Harus berfungsi untuk apa (siapa) saja.

Dalam hal ini, netralitas Pak Jokowi - sebagai Presiden Indonesia - terlihat kalau 'berfungsi' untuk semua golongan, semua partai politik, semua ormas, dan sebagainya. Termasuk dalam kaitannya dengan persiapan Pemilihan Presiden (Pilpes) 2024 nanti

Kedua, tinjauan Epistemelogis. 'Netral' itu harus bebas, tidak terikat oleh ikatan apa pun. KBBI memberikan dua contoh yang dapat mengikat seseorang sehingga tidak bersikap netral, yaitu pekerjaan dan perkawinan.

Maksudnya, ikatan apa pun tidak boleh menjadikan Pak Jokowi - sebagai Presiden - menjadi tidak bebas dalam bertindak dan bersikap yang berkenaan dengan Pilpres. Apakah itu karena statusnya sebagai petugas partai, sebagai kader partai yang mengusungnya dulu jadi presiden, atau ikatan apa pun.

Ketiga, tinjauan ontologis. 'Netral' itu harus keukeuh, tidak dapat dipengaruhi oleh apa pun. KBBI menulisnya dalam kalimat 'Menunjukkan sifat yang secara kimia tidak asam dan tidak basa'. Tidak dapat dipengaruhi oleh sifat asam atau sifat basa, ada di antara dua sifat tersebut.

Contoh lainnya adalah, dalam susunan atom kita mengenal ada elektron yang bermuatan negatif, dan ada proton yang bermuatan positif. Namun, di antara keduanya ada neutron yang tidak bermuatan negatif atau positif.

Pak Jokowi - sebagai Presiden - dalam menyikapi Pemililihan Presiden tidak boleh dapat dipengaruhi oleh kekuatan apa atau siapa pun. Baik itu yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Pak Jokowi - sebagai Presiden - harus keukeuh berada di tengan-tengah.

Itu yang saya pahami dari kata 'netral'.

Jadi, apa, ya, yang dimaksud 'netral' dalam pernyataan Pak Jokowi di atas?

Apakah Anda punya pemahaman lain, yang mungkin sama dengan Beliau?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun