Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Perang Badar: The Decisive War (2)

21 Maret 2023   09:03 Diperbarui: 21 Maret 2023   09:10 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pasukan Abdullah bin Jahsy/sumber: republika

Bab 1

Pesan Rasulullah Saw

Matahari menampakkan sinar keperakannya, menimpa embun yang masih menempel di daun-daun kurma, dan memantul bagaikan berlian yang bercahaya. Angin semilir pagi membawa kesejukan, menerpa sosok-sosok yang tengah menikmati istirahat setelah selesai melaksanakan salat Subuh dan zikir.

Abdullah bin Jahsy sengaja membiarkan sahabat-sahabatnya untuk beristirahat lebih lama. Sampai subuh itu berarti dia dan beberapa sahabatnya sudah dua hari dua malam melakukan perjalanan, melaksanakan perintah Rasulullah SAW untuk berpatroli. Dia ditunjuk untuk memimpin pasukan sariyyah (ekspedisi).

"Kita akan beristirahat lebih lama kali ini. Setelah salat dan berzikir, silahkan manfaatkan waktu istirahat sebaik-baiknya." Demikian instruksi Abdullah bin Jahsy sebelum salat Subuh.

Tentu saja instruksinya ini disambut gembira. Mereka merasa sangat membutuhkan penyegaran maksimal setelah dua hari dua malam berpatroli yang membuat mereka sangat kelelahan. Jumlah unta yang dibawa dalam ekspedisi membuat mereka harus bergantian menaikinya. Enam unta dengan dua belas orang pasukan, memaksa separuh pasukan berjalan kaki, saat separuh lainnya menaiki unta.

Keduabelas orang itu pun memanfaatkan waktu istirahat untuk melepaskan penat dan lelah dengan berbaring. Sekedar meluruskan pinggang dan melelapkan mata sejenak. Mencoba mengembalikan stamina setelah berjalan tanpa henti, kecuali untuk salat.

Baca juga: Hikmah Puasa

Abdullah bin Jahsy menebar pandangan ke kesebelas rekannya. Abu Huzaifah bin Utbah yang sedang berbaring dengan berbantalkan kedua tangannya, begitupun Sa'ad bin Abi Waqash dan Amir bin Rabiah.

Sementara Ukkasyah bin Mihshan berbaring setengah duduk di bawah pohon kurma, berbincang santai dengan Utbah bin Ghazwan, Waqid bin Abdullah, Khalid bin al-Bukair, dan Suhail bin Baidha.

Abdullah bin Jahsy memberi waktu istirahat lebih lama kali ini, juga karena merasa ini saat yang tepat untuk menyampaikan pesan yang diberikan Rasulullah SAW kepadanya.

Setelah dirasa rekan-rekannya cukup beristirahat, Abdullah bin Jahsy berdiri, dan berdeham, memberi kode bahwa dia akan mengatakan sesuatu seraya memberi kode agar rekan-rekannya mendekat.

Melihat pemimpinnya berdiri dan hendak mengatakan sesuatu, kesebelas orang yang sedang melepas penat langsung mendekati Abdullah bin Jahsy dan mengerumuninya.

"Sebelum kita berangkat kemarin, Rasulullah sebenarnya memberikan sepucuk surat padaku."* Abdullah bin Jahsy memulai penjelasannya. Tangannya merogoh saku kanan dan mengeluarkan sepucuk surat. "Beliau pun berpesan saat memberikan surat ini."

"Apa pesan Beliau, wahai Abdullah?" tanya Suhail bin Baidha'.

Abdullah bin Jahsy menatap mata Suhail sebelum menjawab. "Pesan Beliau begini, 'Jika engkau telah berjalan selama dua hari, bukalah surat ini dan bacalah apa yang tertulis di dalamnya. Lakukan apa yang ada dalam surat, dan jangan memaksa sahabat-sahabatmu untuk mengikuti keputusanmu'. Nah, kita sekarang sudah dua hari berpatroli, saatnya saya akan membacakan surat dari Rasulullah SAW." Abdullah bin Jahsy membuka lipatan surat yang dipegangnya.

Ketegangan segera menjangkiti wajah-wajah mereka. Mereka pun saling tatap. Sesuatu yang tidak biasa, Rasulullah SAW memberi instruksi melalui surat tidak secara lisan. Mereka mengira-ngira, instruksi apa yang diberikan Rasulullah SAW melalui suratnya. Penat yang telah berangsur hilang setelah satu jam beristirahat berganti rasa tegang dan penasaran.

"Baiklah, saya akan membacakan suratnya," kata Abdullah bin Jahsy.

"Apabila kamu membaca suratku ini, berjalanlah hingga tiba di Nikhlah, yaitu antara Makkah dan Thaif. Cegatlah kabilah Quraisy di tempat ini dan laporkanlah kepadaku keadaan mereka." Abdullah bin Jahsy kemudian melipat kembali surat itu. "Demikian isi surat Rasulullah."

"Nikhlah? Itu perjalanan sehari dari sini," ujar Khalid bin al-Bukair sedikit kaget.

"Ya!" jawab Abdullah bin Jahsy. "Kita diperintahkan ke sana untuk mengintai atau mencegat kafilah dagang Quraisy yang baru pulang dari Syam."

"Apakah misi kita hanya memantau atau harus merebut barang bawaan mereka, seperti yang dilakukan pasukan Hamzah?" tanya Sa'ad bin Abi Waqash sambil mengelus janggutnya.

Abdullah bin Jahsy menyempatkan berpikir dan tidak segera menjawab.

"Itu kita lihat kondisinya nanti setelah sampai di Nikhlah. Sekarang, sebagaimana pesan Rasulullah, saya tidak akan memaksa kalian untuk ikut misi ini. Oleh karenanya, saya akan menawarkan kepada kalian. Yang mau ikut, dengan kemungkinan akan berperang dan mendapatkan syahid, mari kita berangkat ke Nikhlah saat ini juga. Adapun yang tidak, saya persilahkan untuk kembali ke Madinah. Tidak ada kewajiban untuk ikut misi ini," tegas Abdullah bin Jahsy setelah beberapa jenak berpikir.

Keheningan kembali merambati mereka. Mereka hanya saling berbalas pandang. Beberapa saat kemudian, Amir bin Rabiah membuka mulut setelah membetulkan penutup kepalanya.

"Wahai Abdullah, sejak pertama saya bersyahadat** di hadapan Rasulullah. Sejak itu pula saya menyerahkan jiwa raga saya untuk membantu beliau mendakwahkan Islam. Sudah tidak ada lagi yang menghalangi saya untuk membela dan memperjuangkan Islam. Jangan tanya lagi, apakah saya akan ikut dengan misi ini atau tidak. Sekalipun harus melepas nyawa, saya pasti ikut. Mati syahid adalah keinginan saya."

"Begitu pula saya, ya Abdullah." Suhail bin Baidha' berkata lalu bertakbir, "Allahu Akbar!"

Semua kemudian mengikuti Suhail, bertakbir. Apa yang diucapkan Amir bin Rabiah memantik semangat menggelora dalam dada mereka. Bagaikan siraman minyak pada sekam kering yang membara.

"Allahu akbar!"

"Allahu Akbar!"

"Allahu Akbar!"

           

"Allahu Akbar! Alhamdulillah." Abdullah bin Jahsy tersenyum melihat respon sahabat-sahabatnya. Dia kemudian mendekati mereka satu persatu untuk kemudian saling berangkulan. Menyatukan tekad. Menyamakan semangat.

"Baiklah, kalau begitu. Sekarang sebaiknya kita bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Perhitunganku, kalau sekarang berangkat, kita akan sampai di Nikhlah sebelum malam. Dan kita akan beristirahat sekali lagi saat salat Asar," perintah Abdullah bin Jahsy.

"Bagaimanapun stamina kita telah berkurang, setelah berjalan selama dua hari. Kita terpaksa berjalan seperti kemarin, satu unta untuk berdua, kita naik bergantian," lanjut Abdullah bin Jahsy.

~~~~

*Penjelasan tentang surat Rasulullah Saw ini ada di buku:

Sirah Nabawiyah karya al-Mubarakfurry, hal. 272-273

Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, hal. 575-576

**mengucapkan dua kalimat Syahadat sebagai bukti menerima Islam sebagai agamanya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun