Abdullah bin Jahsy menyempatkan berpikir dan tidak segera menjawab.
"Itu kita lihat kondisinya nanti setelah sampai di Nikhlah. Sekarang, sebagaimana pesan Rasulullah, saya tidak akan memaksa kalian untuk ikut misi ini. Oleh karenanya, saya akan menawarkan kepada kalian. Yang mau ikut, dengan kemungkinan akan berperang dan mendapatkan syahid, mari kita berangkat ke Nikhlah saat ini juga. Adapun yang tidak, saya persilahkan untuk kembali ke Madinah. Tidak ada kewajiban untuk ikut misi ini," tegas Abdullah bin Jahsy setelah beberapa jenak berpikir.
Keheningan kembali merambati mereka. Mereka hanya saling berbalas pandang. Beberapa saat kemudian, Amir bin Rabiah membuka mulut setelah membetulkan penutup kepalanya.
"Wahai Abdullah, sejak pertama saya bersyahadat** di hadapan Rasulullah. Sejak itu pula saya menyerahkan jiwa raga saya untuk membantu beliau mendakwahkan Islam. Sudah tidak ada lagi yang menghalangi saya untuk membela dan memperjuangkan Islam. Jangan tanya lagi, apakah saya akan ikut dengan misi ini atau tidak. Sekalipun harus melepas nyawa, saya pasti ikut. Mati syahid adalah keinginan saya."
"Begitu pula saya, ya Abdullah." Suhail bin Baidha' berkata lalu bertakbir, "Allahu Akbar!"
Semua kemudian mengikuti Suhail, bertakbir. Apa yang diucapkan Amir bin Rabiah memantik semangat menggelora dalam dada mereka. Bagaikan siraman minyak pada sekam kering yang membara.
"Allahu akbar!"
"Allahu Akbar!"
"Allahu Akbar!"
     Â
"Allahu Akbar! Alhamdulillah." Abdullah bin Jahsy tersenyum melihat respon sahabat-sahabatnya. Dia kemudian mendekati mereka satu persatu untuk kemudian saling berangkulan. Menyatukan tekad. Menyamakan semangat.