Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Driving by Mind

12 Maret 2023   21:44 Diperbarui: 12 Maret 2023   21:59 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mobil pintar masa depan/sumber: gootocom

Pertengahan 2038

"Selamat pagi Tuan! Hari yang cerah berpergian." Baru saja aku membuka pintu sebelah kiri, si Cleverly Car menyapa dengan suara empuknya. Aku memang telah mengatur keempuknya suaranya sejak dua hari yang lalu, karena sudah mulai bosan dengan suaranya yang mirip suara Syahrini.

"Pagi juga, Verly!" Aku menjawab bersamaan dengan jatuhnya pantatku di jok berlapis kulit imitasi.

"Sepertinya kali ini Tuan sedang tidak ingin mengendarai sendiri, ya?" tanya si Cleverly. Rupanya logika dia bekerja setelah mengetahui aku duduk di jok kiri. Bukan di jok kanan, di mana letak setir berada.

"Iya! Aku ada pekerjaan yang belum kuselesaikan. Kau saja yang nyetir," jawabku seraya menyalakan notebook dan membuak file laporan yang perlu ku edit.

"Baik, Tuan. Kemana tujuan kita, kali ini?"

"Ke kantor pusat," jawabku singkat tanpa menjeda kedua tanganku yang bekerja mengetik.

"Baik, Tuan. Apakah kita akan melewati rute yang biasa, atau rute yang lain?"

"Cari rute yang tercepat sampai saja."

Beberapa saat kemudian Muskee Biruku bergerak mundur keluar dari garasi. Beberapa menit kemudian sudah memasuki jalan utama dengan kecepatan yang membuat nyaman aku yang sedang bekerja.

Lima menit kemudian pekerjaanku selesai. Aku pun memutar ke kanan dan ke kiri leherku, karena pegal. Kulihat pemandangan di luar. Rupanya jalanan tidak terlalu ramai. Pantes kurasakan si Cleverly menambah kecepatannya.  

"10 menit lagi kita akan sampai di tujuan, Tuan."

Aku tidak menanggapi, walaupun hanya berupa anggukan.

"Apa perlu saya putarkan music kesukaan Tuan?"

"Good idea!" jawabku singkat. Kali ini aku memang harus menjawab, untuk menunjukkan kesetujuanku atas tawarannya. Dan sedetik kemudian alunan suara saxophone yang ditiup si pirang Alexis terdengar. Si Cleverly ini memang tahu betul kesukaanku, semakin lama semakin cerdas saja.

Muskee Biruku ini memang bukan seri terakhir, tetapi kecerdasan di dalamnya tidak kalah. Dunia otomotif memang sedang menggila. Hampir setiap pekan keluar seri baru dengan pengembangan kecerdasan yang semakin terus disempurnakan. Persaingan produsen mobil ini mengingatkanku pada era 20 tahun silam. Saat produsen Handphone bersaing mengeluarkan produk teranyarnya hampir setiap bulan.

Manusia-manusia sekarang memang sedang dimanjakan teknologi. Termasuk teknologi otomotif. Mobil-mobil sekarang semakin cerdas, membuat penumpangnya nyaman, seperti yang kurasakan saat ini.

Kecelakaan lalu lintas pun tidak pernah terjadi lagi. Sensor ultrasonic yang ditanam di sekeliling body mobil, membuat mobil yang aku kendarai, atau aku tumpangi saat di mode drive by self, dapat mengetahui berapa kecepatan mobil yang ada de depan dan di belakangku. Dan menyesuaikan kecepatan supaya sama.

Sistem rem otomatis pun turut andil dalam mencegah tabrakan atau tubrukan. Sistem autobrake yang dipasang di mobil-mobil sekarang akan otomatis bekerja, menghentikan mobil, saat jarak dengan mobil yang di depan kurang dari satu meter.

"Cleverly, tolong perlihatkan posisi istriku sekarang," pintaku. Istriku tadi berangkat lebih dahulu, katanya ada pertemuan mendadak denga klien-nya yang dari luar kota.

"Baiklah, Tuan!" jawab si Cleverly, bersamaan dengan itu sebuah monitor muncul di depanku, memperlihatkan sebuah Muskee berwarna kuning cerah berjalan pelan. Tangkapan kamera dari satelit yang berada ribuan kilo di atas sana, diteruskan ke penangkap sinyal yang ada di Muskee biruku, yang kemudian ditampilkan di layar monitor 7 inc, yang ada di hadapanku sekarang.

Muskee kuning istriku kulihat menelusuri Jalan Saturnus kemudian berbelok memasuki Jalan Uranus.

"Mau kemana, dia," kataku lirih.

"Dari informasi yang saya dapat, istri Tuan sedang menuju restoran McBeef yang ada di ujung Jalan Uranus. Klien istri Tuan mengajaknya sarapan di sana," sahut si Cleverly. Rupanya dia mendengarkan perkataanku walaupun kuucapkan nyaris berbisik.

"Klien-nya laki-laki atau perempuan?" tanyaku penasaran, tanpa mengalihkan pandanganku pada layar monitor, yang memperlihatkan mobil istriku memasuki area parkir McBeef.

"Dari kalimat-kalimat dan nada yang dia gunakan saat bercakap dengan istri Tuan, satu jam yang lalu, saya perkirakan dia laki-laki, berumur empat puluhan, friendly, dan beraksen Medan. Dan istri Tuan menyebutnya Jimmy." Jawaban Si Cleverly melibihi yang aku tanyakan.

Dengan memasukkan data nomor Handphone istriku ke dalam memori si Cleverly, dia jadi tahu semua aktivitas handphone istriku. Dari seting alrm di jam berapa, sampai rekaman semua percakapan yang dilakukan istiku.

"Istri Tuan baru saja menelepon klien-nya. Apakah Tuan ingin mengetahui apa yang diucapkan istri Tuan?"

"Boleh ... boleh," jawabku antusias.

Kemudian terdengar suara gemerisik, lalu terdengar suara istriku. "Say, aku udah sampai di McBeef."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun