Membaca kata radikal biasanya yang tergambar di dalam kepala kita adalah sikap seseorang atau sekelompok orang yang di luar batas kenormalan, baik dalam berpikir maupun bertindak. Lebih spesifik lagi asumsi yang sering kita dapatkan dari kata radikal ini adalah tindakan yang negative atau merusak. Sehingga di beberapa kesempatan Menag -- dalam pidato-pidatonya -- sering mengatakan akan memerangi radikalisme.
Namun, radikal di buku ini jauh dari pengertian negatif. Kalau dalam pengertian bertindak atau berpikir di luar kenormalan, buku ini memang membahas sikap radikal seperti itu. Sikap yang harus dimiliki seseorang yang ingin terjun berbisnis, menjadi seorang entrepreneur.
Berikut data buku yang akan saya resensi kali ini.
Judul: Entrepreneur Radikal
Penulis: Muhammad Ridlo Zarkasyi
Penerbit: Renebook, Jakarta
Tahun terbit: 2013
ISBN: 978-602-19153-9-4
Tebal: xiii + 329
Penulis membuka tulisannya dalam buku ini dengan kekecewaan terhadap realita di negara kita yang masih minim jumlah wirausahawan atau entrepreneurnya. Hanya 0,18% dari jumlah penduduk keseluruhan.
Padahal, idealnya suatu negara akan maju, atau disebut negara makmur, kalau jumlah entrepreneurnya minimal 2% dari total penduduk negara tersebut.
Dengan alasan di atas dan berharap jumlah entrepreneur di negeri ini bertambah, penulis menulis buku ini. Dengan harapan memancing keinginan dan memacu semangat banyak orang untuk menjadi entrepreneur. Bukan hanya menjadi entrepreneur biasa, melainkan menjadi entrepreneur yang radikal (totalitas).
Menurut Ustadz Yusuf Mansyur, seorang Mubaligh yang juga pengusaha, "Indonesia butuh buku yang mengajak berwirausaha secara total seperti ini."
Maka, materi di buku setebal 300 halaman lebih ini sangat lengkap. Isinya tidak hanya berupa motivasi untuk memicu semangat berwirausaha, tetapi juga berisi teknis bagaimana memulai wirausaha sampai bagaimana memenej bisnis setelah sukses.
Penulis membagi pembahasan tersebut ke dalam tujuh bagian, yaitu:
1. Mengapa harus entrepreneur?
2. Godaan dan hambatan
3. Tahap persiapan membangun usaha
4. Tahap memulai usaha
5. Tahap bertahan
6. Menikmati kesuksesan
7. Menyikapi daur bisnis
Masing-masing bagian dibagi lagi menjadi beberapa sub-bab pembahasan. Misalnya, bagian kelima tentang Tahap Bertahan, dibagi lagi menjadi 8 pembahasan, yaitu
1. Sabar dan syukur
2. Kreatif dan bersiasat
3. Ganti boleh, tapi jangan gonta-ganti
4. Berkembanglah, tapi jangan over ekspansi
5. Pisahkan usaha dan keluarga
6. Tetapkan target pengembangan
7. Antara bisnis utama dan bisnis sampingan
8. Kegagalan kedua, kegagalan hakiki
Sangat lengkap dan terperinci. Sehingga buku terasa isinya daging semua. Sampai-sampai Sandiaga Uno pun memuji buku ini. Beliau pun menuliskan pujiannya itu sebagai berikut,
"Buku karya Pak Ridlo ini mengupas tuntas tahapan-tahapan untuk memulai usaha. Sangat membantu bagi mereka yang baru mau memulai berwirausaha. Tahap demi tahap dijelaskan dengan baik sehingga buku ini bisa jadi referensi awal Anda yang ingin memulai usaha."
Penulis juga memberikan contoh nyata dari pengalamannya sendiri saat memulai usaha sampai menjalankannya, serta dilengkapi dengan kisah-kisah para pelaku bisnis untuk melengkapi pembahasan buku ini. Sehingga buku ini tidak semata berisi hal-hal yang bersifat teoritis.
Di bagian kedua, Godaan dan Hambatan, penulis mengisahkan pengalaman seorang pengusaha lokal bernama Pak Sudar. Dalam menjalankan usahanya, Pak Sudar menggunakan sistem manajemen tradisional. Atau boleh dikatakan tidak menggunakan sistem. Arus uang masuk dan keluar (digunakan) diatur sendiri oleh Pak Sudar sebagai owner.
Awalnya tidak ada masalah. Tetapi setelah bisnis Pak Sudar ini maju, penambahan modal pun sudah melibatkan pihak bank, Pak Sudar mulai merasakan kesulitan menghitung kekayaan (asset) yang dia miliki. Maka kemudian dia meminta tolong temannya untuk dibuatkan sistem manajemen untuk mengelola bisnisnya.
Dengan menggunakan sistem yang dibuat temannya itu, bisnis Pak Sudar lebih teratur, dan terkontrol arus keuangan maupun kas yang tersedia. Namun hal ironis terjadi. Dengan dijalankannya sistem tersebut, Pak Sudar sudah tidak bisa lagi seenaknya menggunakan uang perusahaan. Khususnya untuk penggunaan yang bersifat mendadak, atau tidak ada program (rencana)nya. Merasakan itu sebagai sebuah kesulitan, Pak Sudar memutuskan tidak lagi menggunakan sistem manajemen yang dibuat temannya lagi.
Dan apa yang terjadi? beberapa tahun kemudian bisnis Pak Sudar mengalami kemunduran, Pak Sudar sendiri stress karena hutangnya sudah melebihi harta lancarnya. Kisah ini sebagai bukti nyata adanya ketidaksiapan entrepreneur kita menggunakan sistem manajemen yang lebih modern.
Tak ketinggalan, penulis yang juga putra bungsu pendiri Pondok Pesantren Modern Gontor menyertakan sentuhan-sentuhan spiritual dalam pembahasan buku ini. Karena diharapkan entrepreneur yang muncul nanti adalah yang tidak hanya berorientasi mengejar kesuksesan duniawi, tetapi juga sukses secara ukhrawi.
Adanya sentuhan-sentuhan spiritual dalam buku ini sangat dirasakan oleh Bapak Muslim Nasution, mantan Menteri Kehutanan di Kabinet Reformasi Pembangunan, yang menuliskan testimoninya sebagai berikut,
"Sentuhan-sentuhan spiritual dalam buku ini membuatnya istimewa. Tak hanya mengajak pembacanya untuk sukses berwirausaha, tapi juga menggunakan kesuksesan itu sebagai sarana mengabdi pada Tuhan dan sesama."
Anda yang sedang merintis usaha, atau baru mau akan memulai, atau yang sudah berjalan usahanya, harus membaca buku ini. Karena menjadi seorang entrepreneur itu tidak cukup berbekal motivaso yang kuat, tetapi juga harus "SPARTAN -- punya target, tak kenal putus asa dan terus mencoba. Tips dan trik dalam buku ini bisa menjadi acuan yang sangat bagus untuk melambungkan kesuksesan usaha Anda!" demikian pesan Bon Sadino, yang tertera di sampul buku 'Entrepreneir Radikal' ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H