Lucu, tetapi ingin menangis, karena di negeri ini sebuah kekonyolaan lebih cepat di apresiasi daripada kebaikan yang berprestasi.
Masih ingat, kan, fenomena nge-prank?
Misalnya, saat seseorang, karena merasa punya uang banyak, nge-prank seorang tukang Ojol dengan memesan makanan senilai jutaan rupiah, lalu diarahkan ke alamat sebuah rumah kosong.
Walaupun akhirnya si Ojol senang karena dapat uang, tapi apakah pantas memperlakukan orang seperti itu. Dibuat objek kekonyolan demi konten yang harus viral?
Banyak lagi hal-hal lucu yang alih-alih mengundang tertawa, malah membuat sedih. Ketika artis dan pelawak lebih pantas mendapat bayaran tinggi daripada guru ngaji dan para honorer yang telah mengabdi puluhan tahun.
Ketika konser musik dan zina lebih bisa diterima dan sudah di anggap biasa daripada orang-orang yang berpegang teguh menjalankan perintah agamanya.
Ketika pemakai baju ketat dan kurang bahan dianggap lebih modern daripada perempuan-perempuan menggunakan pakaian tertutup.
Â
Dan ... puncak terlucu di negeri ini, menurut saya, adalah nanti di 14 Februari 2024.
Apa di tanggal segitu, Mas? Valentin, kah?
Bukan! Tapi Pemilu, Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg).