Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Imlek Terakhir (1/3)

28 Januari 2023   07:37 Diperbarui: 28 Januari 2023   07:48 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu, 22 Januari 2023, Tahun Baru Imlek

Sorak-sorai penonton yang semula bergemuruh tiba-tiba berubah menjadi teriakan-teriakan histeris. Lalu hening, sesaat setelah Barongsai berwarna merah jatuh.

Rupanya titian dari kayu yang dinaiki Barongsai berwarna merah itu patah. Tak ayal, pemain yang di depan, yang memegang kepala Barongsai jatuh tersungkur. Jatuh dari ketinggian hampir dua meter membuat pemain Barongsai itu tidak bergerak begitu menyentuh lantai dari semen. Semua jadi panik.

"Yovan! Yovan, kah, itu ...?" Seorang perempuan berumur 50 tahunan berlari menerobos penonton yang mengerumuni Barongsai Merah yang terkapar, tidak bergerak. Perempuan itu langsung melepas kepala Barongsai dan memeluk pemain yang ada di dalamnya. "Oh, tidaaakkk .... Yovaaan, bangun, Nak!"

"Maaf Bu Lusi, Nak Yovan harus segera dibawa ke rumah sakit." Seorang lelaki berpakaian seragam berwarna emas dengan tepi-tepinya berwarna kuning, berusaha melepaskan tangan Si Ibu tadi dari tubuh pemain Barongsai yang pingsan.

"Nak ... bangunlah, Nak! Ini Ibu, Nak ...!" Bukannya melepaskan tangannya malah semakin erat memeluk pemain Barongsai, yang ternyata putranya. Namun, setelah dua orang yang berusaha melepaskan tangannya, baru Si Ibu menyerah.

Baca juga: Cerpen: 3 Dosa

***

Menjelang Maghrib Andi dan Imam tiba di rumah Yovan. Beberapa orang masih berkerumun di teras rumah. Tidak satu pun yang dikenal Andi di antara mereka. Tapi mereka segera mempersilahkan keduanya memasuki rumah.

Di dalam rumah Andi disambut Yoko, adik Yovan. Andi pun memeluk Yoko. Begitupun Imam. Mereka berdua hampir bersamaan berkata, "Sabar, ya, Dik Yoko!"

Yoko kemudian menggiring mereka berdua memasuki sebuah ruangan. Begitu memasuki ruangan, Andi dan Imam tidak mampu lagi menahan airmata mereka, yang berusaha ditahan sejak memeluk Yoko tadi, saat melihat sosok sahabatnya terbaring di tengah-tengah ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun