"Yaaa begitulah, sudah lama rumah ini kuinginkan. Akhirnya, bisnisku maju dan aku punya dana 2 M untuk membeli rumah ini."
"Tapi sayang, kamu hanya sendiri menempati rumah ini. kapan kamu nikah, Bro?"
"Halah ... kamu juga belum. Tunggu saja undanganku, sekitar dua bulan lagi."
Sepanjang perjalanan pulang dari rumah Tomi, Andi mengaguminya. Mengagumi semangat kerjanya. Hanya dalam beberapa tahun omset perusahaan naik berkali-kali lipat.
Andi melanjutkan perjalanan ke sebuah daerah pelosok. Sesuai janjinya, hari itu dia akan memberikan dana untuk renovasi masjid di sana yang sudah lama tidak dipakai karena hancur setelah gempa melanda daerah itu dua bulan yang lalu.
Menemui langsung sesepuh daerah itu yang sudah dia percaya, Andi menyerahkan amplop berisi dua ratus juta. Uang itu dia sisihkan dari keuntungan bisnisnya selama ini.
"Ya Allah ..., kalau temanku, Tomi, bisa membeli rumah mewah seharga 2 M, berilah aku rumah di surga dengan sedekahku yang 200 juta ini." Sesaat setelah menyerahkan amplop Andi berkata dalam hatinya.
***
Tomi ternyata menepati janjinya, dua bulan setelah pertemuan terakhir, Andi menerima undangan pernikahan Tomi.
Pesta yang digelar sangat mewah. Banyak orang penting datang.
"Beruntung sekali, Kau, mendapatkan istri yang cantiknya tak kalah dengan artis-artis yang sering muncul di TV," kata Andi saat ada kesempatan mereka berbincang berdua.