Pada 22 Juni 1994 itu, Escobar turun sebagai starter. Di menit ke-35, sebuah umpan silang yang dilepaskan John Harkes coba dipotong sang kapten Kolombia. Escobar merentangkan kakinya dalam posisi menghadap gawang sendiri. Nahas, bola melintir masuk ke gawang tanpa sempat ditangkap kiper yang terlanjur mati langkah.
Kolombia akhirnya kalah 1-2 di laga tersebut, membuat kans mereka untuk lolos ke babak gugur makin kecil. Dan, mereka akhirnya benar-benar tersingkir. Kolombia yang digadang-gadang cemerlang, tersingkir sebagai juru kunci.
Tentu saja Sang Kapten, Andres Escobar, menjadi tertuduh sebagai penyebab kegagalan Kolombia melaju ke babak berikutnya. Presatsinya selama mengomandani tim Kolombia seolah sirna begitu saja.
Padahal sebelumnya, Escobar dijuluki El Caballero del Futbol, atau Gentleman of Football dalam bahasa Inggris. Julukan itu didapatnya karena gaya bermainnya yang elegan, tenang, dan 'bersih' di lapangan. Dalam 26 pertandingan menuju Piala Dunia 1994 itu, Kolombia bahkan cuma kalah sekali. Escobar-lah yang memimpin skuad Kolombia.
Pulang ke negaranya, seolah semua rakyat Kolombia menatapnya sebagai biang keladi kekalahan. Dan, enam hari setelah Kolombia tersingkir, tepatnya pada 2 Juli 1994, Escobar meregang nyawa. Dia ditembak dan dibunuh di sebuah bar di Medellin. Tak tanggung-tanggung, enam peluru bersarang di tubuh Escobar. Dia sempat dibawa ke rumah sakit namun 30-45 menit kemudian dinyatakan meninggal dunia.
Tidak diketahui pasti penyebab pembunuhan tersebut, tetapi isu yang beredar dia ditembak oleh para penjudi yang kecewa dengan kekalahan Kolombia.
Kisah tragis Escobar di Piala Dunia 1994 Amerika Serikat itu mendunia. Kematiannya adalah ironi, karena Piala Dunia semestinya menjadi pesta untuk dunia sepakbola.
Aksi Escobar yang menyebabkan gol bunuh diri adalah hal biasa dalam pertandingan sepakbola. Kejadian gol bunuh diri bukan sesuatu yang aneh. Bahkan pemain bintang pun pernah melakukannya.
Apa yang dilakukan Andres Escobar bukanlah sebuah kesalahan. Kesalahannya hanya karena dia berada di tim Kolombia, negeri yang terkenal dengan kartel dan judinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H