Mereka dulu saat mengajar hanya memanfaatkan waktu luang, itu pun tidak diminta. Kadang mereka ketika awal datang (baru masuk sekolah), mereka hanya menemani kakak kelasnya mengajari kami. Sampai kemudian kakak kelasnya itu pulang kampung karena selesai sekolah (lulus). Mereka lalu yang menggantikan mengajari anak-anak kampung. Sampai mereka pun akhirnya lulus, dan digantikan oleh anak-anak STM yang baru.
Yang diajarkan oleh mereka hal sederhana. Tidak menggunakan metode pembelajaran, tidak menggunakan fasilitas selain al-Quran yang kami bawa. Tidak memakai seragam, hanya berpeci dan bersarung.
Tulisan ini sebagai bentuk terimakasih saya kepada mereka, yang telah mengenalkan huruf hijaiyah, mengajari anak-anak kampung dengan sabar, sampai kami bisa membaca al-Quran dengan lancar.
Tentu saja saya tidak menafikan peran guru-guru sekolah formal yang telah mendidik dan mengajari saya. Peran para guru sekolah formal: SD, SMP dan SMA, tentu saja sangat besar, bahkan tak terhingga. Tidak mampu saya menuliskan peran mereka dalam 400 atau 1.000 karakter. Terlalu banyak.
Saya hanya mencoba mengingat peran guru 'yang lain'. Yang tidak disebut guru, hanya disebut Aa. Mereka guru yang tidak berseragam.
Selamat hari guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H