Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Boneka Pocong

25 November 2022   10:13 Diperbarui: 25 November 2022   10:24 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu tidak menjawab, tetapi berdiri dan berjalan memasuki kamar. Beberapa saat kemudian Kembali dan meletakkan orang-orangan dari tanah liat di atas meja.

"Apa ini?" tanya ayah.

"Buka saja bungkusnya, itu bungkusnya pasti kain kapan."

"Kain kapan? Ah, ada-ada saja kamu, Bu." Ayah mengambil dan membuka kain yang membungkusnya. Ayah tertegun setelah melihat isinya.

"Itu yang nemu Andri, di bawah tiang warung kita, tadi siang. Ibu yakin, itu disimpan di situ dengan maksud tertentu."

"Maksud ibu, gara-gara benda ini warung ibu sepi dan panen cabe kita gagal, begitu?"

Ibu hanya menjawab dengan anggukan.

"Astaghfirullah .... Istighfar, Bu! Jangan sampai berpikiran begitu, itu syirik namanya. Dosa besar itu. Lagian siapa yang ibu maksud?"

"Entahlah, siapa. Tapi jelas, kan, Pak. Kalau tidak, lalu apa maksudnya nyimpan orang-orangan dibungkus kain kapan ini di warung kita?"

"Bagaimanapun, Bu. Kita tidak boleh percaya bahwa benda seperti ini bisa membuat warung kita sepi, atau hidup kita susah. Semua yang terjadi kepada kita itu semua kehendak Allah Swt. Terus, itu belum tentu juga kain kapan." Ayah meraih gelas dan meminum teh manisnya. "Warung kita sepi karena memang sekarang ini ekonomi sedang sulit, pandemi baru beres. Kehidupan usaha belum normal. Orang-orang sekarang sedang menghemat pengeluaran. Dan ... kebun cabe kita, panennya ga maksimal, karena musim hujan kali ini lebih lama dari tahun kemarin, akibatnya bunga-bunga cabe banyak yang berjatuhan sebelum jadi cabe."

"Lalu kita harus bagaimana, Pak?" Andri yang sedari tadi menyimak obrolan ayah dan ibunya, bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun