Terus terang saya berani memberi nilai 100 untuk sutradara dan pengaransemen musik film ini. Film Athena memiliki konsep naskah yang sederhana, namun eksekusi produksi yang sangat brilian. Terutama karena teknik one long shot yang mendominasi. Membuat film yang sebetulnya memiliki naskah sederhana ini jadi terlihat lebih berkualitas. Penampilan akting dari para aktor utama pun sangat baik. Setiap karakter utama mampu menampilkan emosi, amarah, dan kesedihan yang menimbulkan semburat melankolis.
Scene yang paling menyentuh adalah saat Abdel, melihat langsung adiknya, Karim, yang tewas ditembak polisi dan tubuhnya terbakar oleh bom Molotov yang dipegangnya, yang belum sempat dilempar. Anda bisa membayangkan dan merasakan bercampurnya kesedihan, kemarahan, kekalutan dari Abdel. Sekali lagi saya angkat jempol untuk Sang Sutradara, Romain Gavras.
Athena menyajikan naskah dan pengalaman sinematik terbaru. Terutama bagi penggemar film bertema isu sosial dan eksplorasi anarkisme dengan kemasan yang lebih artistik. Athena berhasil memberikan gambaran umum tragedi dalam anarkisme sekaligus sentimental dan haru dalam peristiwa yang dikuasai oleh kekerasan tak berhati.
Twist di akhir film pun sangat mengagetkan. Adegan satu menit di akhir film, menjelaskan siapa sebenarnya yang membunuh Idris. Dan mereka bukan polisi. Mereka adalah kelompok yang ingin mengadu domba polisi dengan rakyat. Dan, saya pun jadi bertanya, 'apakah di Kanjuruhan juga ada pihak yang berniat demikian?'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H