Adanya internet membantu memudahkan kita menilai mereka, para Capres, dari sisi 3B tersebut. Tinggal kemauan kita untuk sedikit repot, membuka-buka jejak digital para Capres. Namun, sikap objektivitas harus tetap di kedepankan.
Sejatinya memang tidak ada manusia yang sempurna, yang ada adalah manusia yang terus memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Namun, tidak salah juga mengetahui apa itu standar Bibit, Bebet, Bobot yang menjadi standar orang tua zaman dulu memilih menantu.
#1 Bobot
Bobot artinya kualitas si Capres, baik secara lahir maupun batin. Termasuk keimanan, pendidikan, pekerjaan, kecakapan dan perilaku si calon yang bersangkutan. Sebut saja seperti pendidikan formalnya sampai tingkat apa, SMA, S1,S2, atau S3. Atau, apakah calon pasangan jebolan pendidikan pesantren.
Pertimbangan bobot ini meliputi:
Jangkeping Warni (Lengkapnya Warna). Istilah ini merujuk pada sempurnanya fisik seorang Capres. Misalnya tidak bisu, buta, tuli, atau lumpuh.
Rahayu ing Mana (Baik Hati). Ungkapan ini diartikan sebagai 'inner beauty' kalau dalam bahasa sekarang. Termasuk di dalamnya adalah kualitas beragama seorang Capres.
Ngertos Unggah-Ungguh (Mengerti Tata Krama).
Wasis (Ulet). Maksudnya Si Capres harus yang  rajin bekerja (tidak NATO) dan siap bekerja keras demi kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya.
#2 Bibit
Makna dari bibit adalah asal usul atau garis keturunan. Apakah terlahir dari orangtua dari golongan bangsawan atau rakyat biasa. Bukan berarti bahwa seorang Capres harus berdarah biru. Tetapi bermakna bahwa orang tersebut harus jelas latar belakangnya.
Dari mana ia berasal, dengan cara apa dan oleh siapa ia dididik. Karena meski bagaimanapun, watak atau karakter adalah sesuatu yang berpotensi diturunkan dalam keluarga.