Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Saat Cinta pada Pasangan Mulai Luntur

29 Oktober 2022   09:34 Diperbarui: 29 Oktober 2022   09:38 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang shahabiah pernah meminta diceraikan oleh suaminya yang menurutnya (maaf) paling jelek di antara yang lain. Dan Rasulullah Saw. pun membolehkannya. Islam memang memberikan beberapa pilihan keputusan, tetapi pada saat yang sama juga senantiasa menganjurkan memilih keputusan yang paling menguntungkan kedua pihak. Anak-anak, dalam hal ini, adalah pihak yang sangat penting diperhatikan saat akan mengambil keputusan bercerai. Kebebasan mengambil keputusan itu akan bertemu dengan tanggung jawab.

Begitulah yang terjadi pada seorang lelaki yang mendatangi Umar bin Khaththab untuk memberitahukannya bahwa ia akan menceraikan istrinya karena sudah tidak mencintainya lagi. Dan, kebijakan yang dalamlah yang mendorong Umar bin Khaththab berkata, "Maka di manakah kita menegakkan tanggung jawab itu? Tidak bisakah rumah tangga itu ditegakkan dengan tanggung jawab saja?"

Seandainya Anda mengalami masalah ini, dan memutuskan untuk memilih tanggung jawab, lalu dengan kesabaran dan kebesaran jiwa, Anda terus berusaha mencintainya, menjaganya jangan sampai perasaan istri Anda hancur dan retak, walaupun mungkin Anda tidak akan pernah sampai mencintainya, maka berharaplah Anda seperti Abu Utsman Al-Naisaburi.

Siapa Abu Utsman Al-Naisaburi?

Abdurrahman Ibn Al-Jauzy menceritakan dalam "Shaed Al-Khathir" kisah berikut ini: "Abu Utsman Al-Naisaburi ditanya: 'Amal apakah yang pernah Anda lakukan dan paling Anda harapkan pahalanya?' Beliau menjawab, "Sejak usia muda keluargaku selalu berupaya menikahkan aku. tetapi aku selalu menolak. Kemudian, suatu hari, datanglah seorang wanita pada dan berkata padaku, 'Wahai Abu Utsman, aku sangat mencintaimu. Aku memohon atas nama Allah agar sudilah kiranya engkau menikahiku.' Maka aku pun menemui orang tuanya, yang ternyata miskin dan melamarnya. Betapa gembiranya orang tua Wanita itu.

"Tetapi, ketika wanita itu datang menemuiku, setelah akad, barulah aku tahu kalau ternyata matanya juling, wajahnya sangat jelek dan buruk. Tapi, ketulusan cintanya padaku telah mencegahku keluar dari kamar. Aku pun terus duduk dan menyambutnya tanpa sedikit pun mengekspresikan rasa benci dan marah. Semua demi menjaga perasaannya. Walaupun aku bagai berada di atas panggang api kekecewaan dan kebencian.

"Begitulah, selama 15 tahun kulalui hidupku bersamanya, hingga akhirnya ia wafat. Maka tiada amal yang paling kuharapkan pahalanya di akhirat, selain dari masa-masa 15 tahun dari kesabaran dan kesetiaanku menjaga perasaannya, ketulusan cintanya".

Dan kesetiaan itu adalah tali yang kokoh mengikat hubungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun