Perlakuan kasar aparat ini disaksikan oleh suporter yang masih di tribun. Terpancing emosi mereka melihat rekan-rekannya diperlakukan kasar oleh aparat, mereka pun turun. Menambah jumlah suporter yang masuk lapangan.
Kejadian berikutnya Anda sudah membaca di beberapa media. Polisi yang terdesak menembakkan gas air mata, ke arah penonton yang memasuki lapangan, juga ke tribun. Dan, menurut saya, inilah penyebab banyaknya jatuh korban.
Seharusnya aparat tidak perlu bertindak over begitu. Toh sudah tahu mereka adalah Aremania, fans Arema Malang, yang kecewa. Yang namanya fans tidak mungkin berbuat anarkis terhadap tim atau pemain kesayangannya, kekecewaan mereka paling ditumpahkan dengan cacian, makian, paling parah meludahi.
Sama sekali tidak ada faktor yang menakutkan malam itu, yang mengharuskan aparat berbuat 'kejam'. Karena saat itu tidak mungkin terjadi perang suporter, karena sejak awal (polisi pasti tahu) suporter Persebaya tidak dibolehkan masuk stadion. Pemain Persebaya pun sudah diamankan.
Adakah efek Sambo dalam kerusuhan di Kanjuruhan itu?
Di era serba mungkin saat ini, semuanya bisa saja. Pertama, masyarakat (dalam hal ini suporter) sudah lama kesal, tidak suka, pada polisi dan puncaknya di kasus Sambo yang fenomenal itu. Sedikit banyak borok polisi terlihat dari info-info yang berseliweran terkait kasus Sambo tersebut. Ditambah kejijikan melihat perilaku hedon pejabat polisi dan istri. Bagaimana tidak disebut hedon, kalau beli kemeja saja sampai jutaan. Sementara segitu bagi Sebagian besar rakyat bisa untuk makan sebulan. Kekesalan suporter pun dibuktikan dengan dirusaknya sejumlah mobil polisi di dalam maupun di luar stadion.
Kedua, dari sisi polisi, mungkin saja mereka ingin memendam kasus Sambo dengan membuat pengalihan isu. Salah satu indikasinya, menurut saya, penembakan gas air mata. Sudah diketahui FIFA sangat melarang keras gas air mata masuk stadion, tetapi kenapa polisi masih membawa juga, bahkan menembakkannya?
Semoga dugaan saya itu salah. Makusdnya dugaan adanya efek Sambo dalam kerusuhan di Kanjuruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H