Sungguh Nabi Ibrahim tidak tahu, kalimat apa yang pantas untuk menjawab pertanyaan istrinya. Sehingga dia terus melangkah.
Melihat suaminya terus melangkah meninggalkannya, Hajar kali ini sedikit berteriak, "Ya, Suamiku. Apakah ini perintah Allah Swt?"
Mendengar kalimat pertanyaan yang dilontarkan istrinya itu, Nabi Ibrahim berhenti dan berbalik seraya menjawab, "Betul, istriku. Ini adalah perintah Allah Swt!"
Mendengar jawaban dari suaminya itu, kecemasan yang menghiasi wajah Hajar pun sirna. Dia kemudian berkata, "Jika demikian, suamiku. Pergilah! Kalau Dia yang memerintahkan, maka tentu Dia juga yang akan menjaga kami berdua. Pergilah! Jangan khawatirkan kami."
Nabi Ibrahim pun berbalik dan melanjutkan langkahnya.
Kenapa Nabi Ibrahim tidak menjawab saat pertama dan kedua istrinya bertanya?
Karena pertanyaan yang dilontarkan istrinya itu keluar dari sisi manusiawi Hajar. Yang merasa cemas, takut tinggal di tempat yang sepi hanya ditemani bayinya yang masih merah.
Sisi manusiawi Nabi Ibrahim pun merasa tidak tega harus meninggalkan istri dan darah dagingnya, sehingga dia tidak tahu harus menjawab apa.
Namun, saat pertanyaan ketiga dilontarkan istrinya, Nabi Ibrahim paham bahwa pertanyaan itu keluar dari ketaatan kepada Allah Swt dan keyakinan yang kuat akan Kemahakuasaan-Nya. Sehingga Nabi Ibrahim pun menjawabnya.
Aqidah yang tertanam kuat di dalam diri Hajar telah membuatnya tenang, walaupun harus tinggal di tempat yang tidak ada makhluk hidup lain selain mereka berdua. Dan sejarah membuktikan, tempat tersebut kemudian menjadi tempat yang penuh berkah, dan menjadi pusat pelaksanaan ibadah haji.
#2 Dialog Nabi Ibrahim dengan putranya (Ismanil)