Saya sih cukup tersindir dengan pernyataan Khalifah di atas.
Kenapa?
Ya, karena kita, kan, selalu ingin pemimpin itu yang jujur, amanah, tidak korupsi, santun, bijak, cerdas, dll yang positif-positif. Tetapi kita sendiri, sebagai rakyat, sebagai pemilih, tidak berusaha duluan memiliki karakter-karakter yang diinginkan tadi. Padahal pemimpin itu adalah seseorang yang akan muncul di antara kita, rakyat, permilihnya.
Kan, ga ada ceritanya pemimpin yang akan kita pilih itu calonnya diimpor dari luar.
Emang mau?
Ada firman Allah Swt yang mungkin relevan:
"Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan." (QS Al-An'am [6]: 129)
Allah menyebutkan dalam ayat ini, sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Imam Ath-Thurthusy, bahwasanya Allah akan memberikan kepada suatu kaum pemimpin yang sama dengan mereka.
Jadi, jangan protes kalau pemimpin kita 'tidak berkualitas', karena kita sendiri mungkin sama atau lebih 'jelek'.
Setiap produk atau output itu dipengaruhi 2 hal: input atau bahan baku dan proses.
Nah.. pemimpin itu output, prosesnya pemilihan umum (Pilpres) dan inputnya masyarakat, termasuk kita, termasuk saya, hanya takdir saja yang menjadikan saya tidak jadi kandidat di Pilpres nanti hehe..