Saat itu Anas bin an-Nadhar sedang ada keperluan, sehingga dia memutuskan untuk tidak ikut berangkat ke Badar bersama Rasulullah. Keputusan yang kemudian dia sesali. Menyesal karena tidak menyertai Rasulullah saat berperang melawan pasukan Quraisy. Penyesalan yang membuatnya bersedih setiap hari. Penyesalan yang membuat dirinya kemudian berjanji untuk ikut serta jika ada peperangan lagi.
***
Setahun kemudian.
Siang itu kota Madinah sibuk.
Rasulullah mendapat kabar bahwa Quraisy telah mengirim pasukan dalam jumlah besar, untuk membalas dendam atas kekalahan mereka di perang Badar. Rasulullah pun sudah bermusyawarah dengan para sahabatnya, dan keputusan yang diambil adalah menyambut musuh di luar kota Madinah.
Pasukan pun disiapkan. Tak kurang dari seribu orang turut dalam barisan pasukan kaum Muslimin. Anas bin An-Nadhar tentu yang paling bersemangat. Kesedihan yang dideritanya selama setahun, seolah hilang begitu saja, mendengar Rasulullah menyiapkan pasukan untuk berperang melawan Quraisy.
Anas bin An-Nadhar tersenyum. Setahun memendam janji, menunggu-nunggu kesempatan berperang bersama Rasulullah, akhir terpenuhi. Tidak mau menyesal untuk yang kedua kali, dia pun bergegas menyiapkan keperluan untuk berperang.
***
Bukit Uhud menjelang siang
Kelalaian yang dilakukan pasukan pemanah, yang ditempatkan Rasulullah di atas bukit, telah menyebabkan pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid punya kesempatan untuk menyerang pasukan Muslim dari belakang.
Pasukan Muslim yang sedang di atas angin karena mampu mendesak pasukan Quraisy terkejut mendapat serangan mendadak dari belakang. Konsentrasi mereka pun terpecah. Sementara itu, pasukan Quraisy yang mulai mundur terdesak, begitu melihat pasukan Khalid bin Walid menyerang, semangatnya timbul kembali.