"Jadi ... jadi ... selama ini ...."
"Ya! Kami selama ini mengemis, meminta-minta, karena hanya itu yang kami bisa," jelas Mang Dadang.
"Tenang, Din. Saya pertamanya juga sama seperti kamu. Pasti ragu, malu. Lagian penghasilan dari mengemis lumayan. Cukup untuk hidup di Jakarta dan menabung untuk dikirim ke kampung," kata Kang Herman.
"Kenapa Mang Dadang dan Kang Herman tidak cerita dari awal?" tanya Udin pelan.
"Kalau kami cerita, apa kamu mau ikut?" Mang Dadang tersenyum sinis.
"Saya hanya kasian ke kamu, Din. Setiap hari kamu curhat, waktu saya pulang, bahwa kamu menganggur, kamu butuh uang," timpal Kang Herman.
"Sekarang tinggal kamu ambil keputusan. Mau ikut mengemis atau mau pulang lagi ke kampung?" tanya Mang Dadang.
Pulang, tentu bukan keputusan yang tepat, tidak menyelesaikan masalaha keuangannya. Akhirnya, Udin bersedia ikut Mang Dadang dan Kang Herman.
Tak terasa, 2 tahun menjalankan profesi sebagai pengemis, tanpa istri dan orangtuanya tahu. Haruskah dia pulang lebaran kali ini?
Haruskah dia berterus-terang pada istri dan orangtuanya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H