Dari mana datangnya lintah,
Dari sawah turun ke kali.
Dari mana datangnya cinta,
Dari mata turun ke hati.
Peribahasa di atas mempunyai arti, cinta bermula dari pandangan. Berbicara pandangan berarti berbicara masalah rupa, baik rupa wajah maupun bentuk tubuh. Melihat seseorang yang rupawan, ditambah bentuk fisik yang bagus, akan menumbuh rasa cinta.
Walaupun realitanya tidak sedikit sepasang manusia saling mencinta tanpa mempertimbangkan rupa wajah dan bentuk fisik. Namun, orang-orang tua dahulu menciptakan peribahasa di atas tentu karena melihat secara umum, bahwa rasa cinta berawal dari ketertarikan mata. Dan, Zainab bin Jahsy membuktikannya.
Terlahir dari suku Quraisy yang tergolong ningrat, Bani Asad bin Khuzaimah al-Mudhariyyin, dan Bani Hasyim dari garis ibu, Zainab menjadi wanita rupawan dan bangsawan di tengah kaumnya. Semua ciri kecantikan seorang wanita ada pada dirinya. Bukan hanya cantik luarnya, inner beauty-nya pun patut dipuji.
Kemudian, adalah Zaid bin Haritsah. Seorang penduduk Makkah yang sangat beruntung. Semula dia adalah budak miliki Khadizah, kemudian dihadiahkan kepada suaminya, Rasulullah Saw, dan oleh Rasulullah dimerdekakan lalu dijadikan anak angkat.Â
Zaid bin Haritsah adalah seorang pemuda yang cerdas dan haus akan ilmu, itu yang membuat Rasulullah Saw sayang padanya. Dia cepat dalam memahami apa pun yang diajarkan Rasulullah.
Saat usia Zaid bin Haritsah beranjak dewasa, cukup untuk memulai hidup baru, Rasulullah Saw mencarikan calon istri untuknya. Dan pilihan Rasulullah Saw jatuh kepada Zainab binti Jahsy.
Bukan tanpa alasan Rasulullah Saw memilih Zainab. Zaid merupakan seorang bekas budak, dan Zainab adalah seorang wanita bangsawan. Namun dalam Islam mereka memiliki kedudukan yang sama. Beliau hendak mengajarkan nilai persamaan, bahwa faktor kelas sosial bukanlah menjadi timbangan pertama dalam pernikahan. Tetapi agama dan takwalah yang patut jadi acuan.