Gara-gara laporan bulanan harus diserahkan besok, terpaksa Edo harus kerja lembur. Dia sudah menelepon Rani, istrinya, tadi siang, karena sudah memprediksi bakal overtime untuk menyelesaikan laporan bulanan.
Edo baru masuk ruang kerjanya setelah istirahat makan malam dan salat Magrib, ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Sejenak dia tertegun karena yang menelepon adiknya, Sinta. Jarang-jarang adiknya menelepon kalau bukan ada urusan penting.
Begitu diterima, Sinta langsung berteriak, "Bang, cepat pulang, rumah kebakaran!"
"Kebakaran? Rumah siapa yang kebakaran?" teriak Edo kaget.
Adiknya memang tinggal satu perumahan dengannya. Rumah Edo dan rumah adiknya hanya terpisah 4 rumah.
"Rumah abang!" jawab Sinta di sela-sela tangisannya.
"Rani ... kakakmu, bagaimana?" Edo mengkhawatirkan istrinya.
Tidak ada jawaban. Sinta sudah menutup teleponnya. Edo melihat arloji di tangan kanannya, pukul 19.40.
"Rumah siapa yang kebakaran, Do?" tanya Pak Andi, Supervisor Edo.
Rupanya teriakan Edo saat menerima telepon dari Sinta terdengar seisi ruangan. Pak Andi menghampiri Edo yang masih di depan pintu. Begitupun dengan Dodi dan Ujang yang malam itu sama-sama kerja lembur.