Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Wafatnya Abu Thalib

13 April 2022   13:09 Diperbarui: 13 April 2022   13:20 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi wafatnya Abu Thalib/islampos

Rajab, 3 tahun sebelum peristiwa Hijrah

Rupanya Allah Swt hendak terus menguji kesabaran Rasulullah Saw selepas dari problem yang menghimpit dadanya, yang membuat hatinya sakit, yaitu diboikotnya Bani Hasyim oleh masyarakat Makkah, dikucilkan selama tiga tahun lebih dengan tidak boleh ada yang berhubungan dengan mereka. Jual beli sekali pun.

Rasulullah Saw, bagaimanapun, merasa karena dakwahnya, seluruh keluarganya mengalami kesengsaraan yang sangat, walaupun kemudian, Allah Swt membebaskan Bani Hasyim dari pemboikotan itu.

Namun, kesedihan beliau berlanjut. Enam bulan selepas bebas dari pemboikotan, pamannya, Abu Thalib, jatuh sakit. Abu Thalib yang berusia lanjut, 80 tahun, kondisinya melemah setelah mengalami pemboikotan tersebut.

Bagaimanapun, Abu Thaliblah yang telah mendidik dan membesarkannya, yang mengajarinya berdagang sehingga kemudian menjadi pedagang yang sukses, sehingga kemudian seorang saudagar kaya, seorang janda, kepincut dan menginginkannya menjadi suami.

Abu Thalib pula yang selama ini membelanya saat dirinya dihina serta disiksa oleh orang-orang Quraisy, karena dianggap membawa ajaran baru, ajaran yang menentang penuhanan pada berhala.

Sakit Abu Thalib semakin kronis, menampakkan tanda-tanda umurnya tidak lama lagi. Melihatnya, Rasulullah Saw semakin bersedih. Terbayang kasih sayang pamannya, yang juga ayahnya Ali ini, kepadanya sejak beliau ditinggal kakeknya, Abdul Muthalib, di usia 8 tahun.

Kesedihan Rasulullah Saw bertambah saat sang paman tetap tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadat menjelang kematiannya. Rasulullah Saw tahu kalau pamannya mengakui juga bahwa dia seorang Rasul, pembawa risalah Islam, bahkan sering membelanya saat beliau dihinakan para pembenci risalah. Namun, itu semua tidak cukup, pengakuannya harus dibuktikan dengan mengucapkan kalimat persaksian yang menyatakan 'tidak ada Tuhan selain Allah dan mengakui Muhammad adalah Rasul-Nya'.

Rasulullah Saw terus-menerus membujuk pamanya, Abu Thalib, "Wahai pamanku, ucapkanlah la ilaha illallah, dengan satu kalimat itu saya bisa membela paman di hadapan Allah kelak."

Abu Thalib bergeming. Kedua matanya menatap langit-langit tanpa ada sepatah katapun yang diucapkan.

"Wahai Abdu Manaf, apakah engkau akan meninggalkan agama nenek moyangmu? Apakah engkau membenci agama ayahmu, Abdul Muthalib?" teriak Abu Jahal bin Hisyam.

Rupanya Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah saat itu juga ada di sisi Abu Thalib. Mereka berada di sana karena merasa khawatir dengan kematian Abu Thalib. Mereka merasa urusan dengan Rasulullah belum selesai sementara Abu Thalib meninggal. Mereka tidak ingin bangsa Arab menilai bahwa mereka baru berani dengan Rasulullah setelah pamannya meninggal dunia.

Mereka tidak rido di akhir hayatnya Abu Thalib menjadi pengikut Rasulullah, oleh karenanya setiap Rasulullah Saw meminta Abu Thalib mengucapkan 'Laa ilaha illallah', mereka akan berteriak seperti yang diteriakkan Abu Jahal, "Wahai Abdu Manaf, apakah engkau akan meninggalkan agama nenek moyangmu? Apakah engkau membenci agama ayahmu, Abdul Muthalib?"

Begitu terus antara Rasulullah Saw dengan Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah. Mereka saling mempengaruihi Abu Thalib, yang terbujur kaku di tempat tidur.

Kegamangan terlihat di wajah Abu Thalib, lidahnya yang kelu tidak dapat berbicara lancar, walaupun sebenarnya bisa kalau hanya untuk mengatakan 'Laa ilaha illallah'. Namun tatapan Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah yang tajam seolah memaksa lidahnya untuk tidak bergerak.

Sampai akhirnya tiba, Abu Thalib menemui ajalnya, tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Kesedihan pun menyergap Rasulullah Saw sementara Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah tersenyum senang.

Karena dilanda kesedihan ditinggal oleh sang paman dan kekecewaan karena kematiannya tidak khusnul khatimah, Rasulullah Saw berkata lirih, "Aku akan memintakan ampun untuknya."

Namun, Allah Swt menegur langsung Rasulullah Saw atas apa yang diucapkannya. Allah Swt berfirman,

"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam."

Rasulullah Saw pun tertunduk menerima ketetapan-Nya.

***

Pasca meninggalnya Abu Thalib, perlakukan orang-orang Quraisy terhadap Rasulullah Saw dan kaum Muslimin semakin bertambah menyakitkan. Siksaan dan intimidasi dilakukan setiap saat. Hati para pemuka Quraisy semakin panas, karena pengikut Rasulullah Saw semakin bertambah.

Sementara Rasulullah Saw semakin bersedih melihat apa yang dialami para pengikutnya. Dan kesedihan beliau semakin bertambah saat, dua bulan setelah kematian Abu Thalib, istrinya, pendamping setianya, Khadijah binti Khuwailid meninggal dunia.

Dua sosok yang selama ini berkorban jiwa dan harta dalam membela dakwah Rasulullah Saw telah meninggalkan. Bagi orang-orang Quraisy, hal ini menambah semangat mereka untuk mengintimidasi para pengikut Rasulullah Saw.

Penderitaan yang bertubi-tubi, terutama yang dialami para pengikutnya, membuat Rasulullah Saw memutuskan untuk mencari wilayah yang kondusif, yang mau menerima risalah yang dibawanya, dan juga mau menerima para pemeluknya. Rasulullah Saw memutuskan untuk hijrah ke wilayah tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun