"Lho ... Bapak ini kayak yang lupa, perintah Raja itu harus dilaksanakan kalau tidak kita bisa dihukum."
"Bukan begitu maksudnya. Kita tetap datang ke istana, tapi tidak membawa susu." Pak Olih menjelaskan.
"Ya sama saja, Pak. Sama dengan tidak memberi susu."
"Begini, Bu. Kita besok datang ke istana dengan membawa segelas air tajin bukan susu."
"Kalau ketahuan bagaimana?"
"Ya ... gak akan, lah. Nanti setelah sampai di istana, air tajin itu langsung kita tumpahkan ke dalam kolam. pasti ga akan ketahuan. Cuma dua gelas air tajin di antara ratusan gelas air susu ga akan terlihat." Pak Olih meyakinkan Bu Olih.
Bu Olih bimbang sejenak, tetapi mengingat tidak ada jalan lain maka ia pun mengangguk menyetujui usulan Pak Olih.
"Ya sudah, sana siapkan air tajinnya, buat seputih mungkin supaya sama dengan susu."
***
Suasana istana kerajaan sedang diliputi keceriaan. Hari ini Permaisuri mau menunaikan ngidamnya, mandi air susu. Ruangan keputren sudah dihias dengan berbagai bunga beraneka warna. Jalan menuju kolam sudah dihampari karpet beludru berwarna merah.
Dengan diiringi dayang-dayang yang cantik dan berkulit putih, Permaisuri berjalan menuju kolam. Beberapa dayang menyambut Permaisuri di tangga kolam. Seorang di antaranya menjulurkan tangan menyambut tangan Permaisuri dan membimbingnya memasuki kolam.